KOMPAS.com - Tema besar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020 adalah "Belajar dari Covid-19".
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad mengatakan, Covid-19 telah mengajarkan masyarakat banyak hal. Salah satunya ialah beradaptasi menggunakan metode pembelajaran jarak jauh.
Itulah mengapa, Kemendikbud berpesan bahwa inilah saatnya guru melakukan inovasi pembelajaran sesuai dengan kondisi daerahnya.
Mengetahui masih terdapat daerah yang minim infrastruktur teknologi, jaringan internet bahkan listrik, Hamid berpesan bahwa proses pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing anak di tiap daerah.
Baca juga: Orangtua Beri Iming-iming Agar Anak Mau Belajar, Bolehkah?
Guru dan orangtua dan guru juga diminta berkoordinasi dan jeli dalam mengadaptasi metode pembelajaran.
“Jangan disamaratakan untuk semua anak,” kata Hamid seperti dilansir dari laman Kemendikbud, Sabtu (2/5/2020).
Lebih lanjut Hamid menjelaskan, orangtua dan guru dapat memilih materi esensial yang perlu dilakukan anak-anak di rumah, seperti materi tentang kecakapan hidup (life skill).
"Berikan anak-anak pendidikan kecakapan hidup sesuai kondisi rumah masing-masing terutama tentang pengertian Covid-19, bagaimana karakteristiknya, serta bagaimana cara menghindarinya agar tidak terjangkit,” lanjut Hamid Muhammad saat menguraikan muatan pembelajaran yang harus diberikan di tengah situasi pandemi.
Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai
Hamid lebih lanjut menerangkan, persoalan yang paling dipikirkan Kemendikbud adalah anak-anak yang tidak punya akses internet, listrik, serta televisi.
"Sehingga tidak jarang, pembelajarannya sangat manual yaitu menggunakan radio komunitas, hingga kunjungan guru ke rumah-rumah siswa secara berkala. Inilah saatnya guru melakukan inovasi pembelajaran sesuai dengan kondisi daerahnya,” terang Hamid.
Ia mengatakan, ada tiga kelompok besar dalam pembelajaran di sekolah. Pertama adalah anak-anak yang sudah terbiasa dengan pembelajaran online karena sekolah sudah menerapkannya secara penuh.
"Sekolah ini tidak akan merasa kesulitan menghadapi pembelajaran jarak jauh karena sering mengakses aplikasi pembelajaran,” tutur Hamid dalam Konferensi Pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang berlangsung secara daring di Media Center Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (2/5/2020) di Jakarta.
Kelompok kedua adalah sekolah yang melakukan pembelajaran semi daring. Pemberian tugas dari guru kepada siswa dikirim melalui Whatsapp, tidak berinteraksi secara langsung.
Sedangkan kelompok ketiga adalah anak-anak yang tidak bisa melakukan banyak hal karena keterbatasan infrastruktur dan daya dukung teknologi.
“Pembelajaran harus terjadi di rumah tanpa guru-guru menarget pencapaian kurikulum. Perhatikan kondisi anak-anak termasuk akses terhadap internet. Penilaian tugas bersifat kualitatif. Proses belajar harus dapat memberikan motivasi kepada anak,” pesan Hamid.
Baca juga: Beasiswa S1 di Sekolah Tinggi Hukum, dari Biaya Kuliah hingga Hidup