Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Nyamuk Wolbachia Berbahaya?

Kompas.com - 15/11/2023, 20:10 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kekhawatiran soal strategi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk berteknologi wolbachia, bermunculan di media sosial.

Pada sebuah video yang beredar pada November 2023, muncul seruan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menghentikan penyebaran nyamuk berteknologi wolbachia.

Seruan itu dilatarbelakangi ketakutan bahwa nyamuk tersebut berbahaya bagi manusia dan lingkungan hidup.

Lantas, apakah benar nyamuk berteknologi wolbachia berbahaya?

Bakteri alami yang tidak berbahaya

Wolbachia adalah bakteri yang secara alami ada pada hampir 70 persen spesies serangga di dunia, termasuk lalat, lebah, kupu-kupu, dan nyamuk.

Bakteri simbiotik yang ada di lingkungan kita 50 persen aman dan tidak mengubah genetik nyamuk Aedes aegypti.

Karakteristik nyamuk dengan teknologi wolbachia akan tetap sama dengan nyamuk Aedes aegypti pada umumnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menyatakan bahwa teknologi wolbachia aman.

"Wolbachia itu aman karena dia merupakan bakteri yang alami," kata Imran saat Peringatan ASEAN Dengue Day 2023, yang disiarkan di YouTube Kemenkes, 12 Juni 2023.

Sebelum memutuskan strategi pengendalian DBD di Indonesia dengan teknolog wolbachia, para ahli telah melakukan berbagai kajian yang membuktikan teknologi ini ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Dari tahun 2011 kita sudah melakukan kajian-kajian bersama dengan para ahli tentunya, sehingga tahun 2016 atau 2017 baru melakukan pilot di Yogyakarta," ujar Imran.

Penyebaran nyamuk wolbachia di Indonesia

Penelitian awal teknologi wolbachia di Indonesia pertama kali dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dengan dukungan yayasan filantropi Tahija.

Dikutip dari situs Kemenkes, uji coba penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia yang dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mampu menekan kasus demam berdarah sampai 77 persen.

Angka proporsi rawat inap di rumah sakit sampai 86 persen.

Teknologi wolbachia lantas menjadi studi pendahuluan yang dilaksanakan di lima kota, yakni Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.

Sempat ada kekhawatiran di tengah masyarakat soal pelepasan nyamuk karena kurangnya pemahaman.

"Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD,” ungkap Sigit Hartobudiono, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta

Meski strategi penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia dijalankan, metode pencegahan dan pengendalian yang telah ada tetap dilakukan.

Metode yang dimaksud yakni gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Foto Ular Raksasa di Carolina Selatan

[HOAKS] Foto Ular Raksasa di Carolina Selatan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

[HOAKS] Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden FIFA Minta Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Presiden FIFA Minta Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Undian Berhadiah 30 Motor dalam Rangka Ulang Tahun

[HOAKS] Undian Berhadiah 30 Motor dalam Rangka Ulang Tahun

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Wawancara Raffi Ahmad soal Situs Judi

[HOAKS] Video Wawancara Raffi Ahmad soal Situs Judi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ustaz Solmed Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Video Ustaz Solmed Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks FIFA Ulang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks FIFA Ulang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Pria yang Kibarkan Bendera Palestina Bukan Raja Denmark

INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Pria yang Kibarkan Bendera Palestina Bukan Raja Denmark

Hoaks atau Fakta
Kompilasi Foto Hewan Menakjubkan yang Dibuat dengan AI Generatif...

Kompilasi Foto Hewan Menakjubkan yang Dibuat dengan AI Generatif...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ular Piton Menelan Anak Kecil

[HOAKS] Video Ular Piton Menelan Anak Kecil

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Video Hashim dan Prabowo Terkait Janji Politik Disajikan dalam Konteks Keliru

INFOGRAFIK: Video Hashim dan Prabowo Terkait Janji Politik Disajikan dalam Konteks Keliru

Hoaks atau Fakta
Cahaya Langit Aurora Tidak Terkait Eksperimen HAARP

Cahaya Langit Aurora Tidak Terkait Eksperimen HAARP

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Vladimir Putin Umumkan Rusia Akan Bersatu dengan Yaman

[HOAKS] Video Vladimir Putin Umumkan Rusia Akan Bersatu dengan Yaman

Hoaks atau Fakta
Hoaks Terkait Sandra Dewi, Dijemput Paksa Polisi dan Temuan Emas Batangan

Hoaks Terkait Sandra Dewi, Dijemput Paksa Polisi dan Temuan Emas Batangan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Warga Gaza Buat Video Rekayasa untuk Tarik Simpati

[HOAKS] Warga Gaza Buat Video Rekayasa untuk Tarik Simpati

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com