KOMPAS.com - Sejumlah narasi di Facebook menyebutkan, telur dapat mengobati Covid-19 sehingga Forum Ekonomi Dunia (WEF) melarang konsumsi telur.
Narasi itu beredar melalui tangkapan layar artikel media daring, seperti yang diunggah akun Facebook ini dan ini, serta Twitter ini.
Informasi itu tidak benar alias hoaks.
Narasi yang beredar di media sosial mengambil tangkapan layar dari situs News Punch serta twit dari akun Twitter resmi WEF.
Pemeriksa fakta Australian Associated Press pada Rabu (1/3/2023), menemukan bahwa twit itu hanyalah rekayasa dari News Punch.
News Punch sendiri merupakan situs yang menyajikan berita bohong yang didirikan sejak 2014. Sehingga, kebenaran informasi dari situs tersebut perlu dipertanyakan.
Sejauh ini tidak ditemukan pengumuman dari WEF soal pelarangan konsumsi telur.
Pada tangkapan layar yang beredar terdapat twit dari WEF yang menyebutkan, makan telur meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Dari hasil penulusuran Kompas.com, akun Twitter resmi WEF tidak pernah mengunggah twit tersebut. Hasil penelusurannya dapat dilihat di sini.
Artikel News Punch merujuk pada sebuah studi yang dilakukan pada 2022, soal antibodi SARS-CoV-2 yang dikembangkan dalam telur ayam.
Salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, Profesor Rodrigo A Gallardo mengatakan, penelitiannya tidak membuktikan bahwa makan telur dapat menyembuhkan Covid-19.
Studi itu membahas tentang ayam hiper imunisasi untuk menghasilkan antibodi terhadap protein lonjakan SARS-CoV-2 dalam telur ayam.
Penelitian itu menemukan bahwa antibodi efektif dalam menetralkan virus secara in vitro. Namun, tidak semua telur mengandung antibodi yang dapat menetralisasi Covid-19.
Bersama rekan-rekannya di Universitas Stanford dan Universitas Teknologi Sydney, Gallardo mengembangkan teknologi antibodi berbasis telur.
“Tim berharap untuk menyebarkan antibodi ini dalam perawatan pencegahan seperti semprotan, yang dapat digunakan oleh orang-orang yang berisiko tinggi terpapar virus corona,” katanya dikutip dari AAP.