Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: WEF Tidak Melarang Konsumsi Telur

Kompas.com - 03/03/2023, 20:30 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah narasi di Facebook menyebutkan, telur dapat mengobati Covid-19 sehingga Forum Ekonomi Dunia (WEF) melarang konsumsi telur.

Narasi itu beredar melalui tangkapan layar artikel media daring, seperti yang diunggah akun Facebook ini dan ini, serta Twitter ini.

Informasi itu tidak benar alias hoaks.

Sumber klaim

Narasi yang beredar di media sosial mengambil tangkapan layar dari situs News Punch serta twit dari akun Twitter resmi WEF.

Pemeriksa fakta Australian Associated Press pada Rabu (1/3/2023), menemukan bahwa twit itu hanyalah rekayasa dari News Punch.

News Punch sendiri merupakan situs yang menyajikan berita bohong yang didirikan sejak 2014. Sehingga, kebenaran informasi dari situs tersebut perlu dipertanyakan.

Sejauh ini tidak ditemukan pengumuman dari WEF soal pelarangan konsumsi telur.

Pada tangkapan layar yang beredar terdapat twit dari WEF yang menyebutkan, makan telur meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Dari hasil penulusuran Kompas.com, akun Twitter resmi WEF tidak pernah mengunggah twit tersebut. Hasil penelusurannya dapat dilihat di sini.

Penelitian yang dirujuk

Artikel News Punch merujuk pada sebuah studi yang dilakukan pada 2022, soal antibodi SARS-CoV-2 yang dikembangkan dalam telur ayam.

Salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, Profesor Rodrigo A Gallardo mengatakan, penelitiannya tidak membuktikan bahwa makan telur dapat menyembuhkan Covid-19.

Studi itu membahas tentang ayam hiper imunisasi untuk menghasilkan antibodi terhadap protein lonjakan SARS-CoV-2 dalam telur ayam.

Penelitian itu menemukan bahwa antibodi efektif dalam menetralkan virus secara in vitro. Namun, tidak semua telur mengandung antibodi yang dapat menetralisasi Covid-19.

Bersama rekan-rekannya di Universitas Stanford dan Universitas Teknologi Sydney, Gallardo mengembangkan teknologi antibodi berbasis telur.

“Tim berharap untuk menyebarkan antibodi ini dalam perawatan pencegahan seperti semprotan, yang dapat digunakan oleh orang-orang yang berisiko tinggi terpapar virus corona,” katanya dikutip dari AAP.

Pendapat dari ahli lain

Sebelumnya, narasi keliru soal konsumsi telur dapat menyembuhkan Covid-19 pernah dibantah oleh pemeriksa fakta AP News pada 7 Februari 2023.

Profesor mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Icahn Mount Sinai, Peter Palese yang pernah melakukan penelitian soal antibodi pada telur menjelaskan, makan telur tidak serta merta dapat menyembuhkan Covid-19.

"Makan telur yang memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2 sama sekali tidak berguna melawan Covid-19," kata Palese kepada AP News.

Studi tersebut menjelaskan bagaimana antibodi terhadap protein lonjakan virus corona diisolasi dari kuning telur ayam. Ayam terlebih dahulu diimunisasi dengan sebagian dari protein lonjakan.

Palese mengatakan, antibodi tidak terjadi secara alami pada ayam, juga tidak akan berdampak besar pada Covid-19 pada manusia.

"Antibodi yang diambil secara oral langsung dicerna di saluran pencernaan kita," tutur Palese.

Hal serupa juga disampaikan oleh profesor departemen kimia dan biologi sistem Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, Daria Mochly-Rosen.

Induk ayam pertama-tama perlu diimunisasi dengan protein yang berasal dari virus agar antibodi ada di kuning telurnya. Antibodi itu pun perlu dimurnikan dari telur mentah.

"Jika Anda memasak telur, antibodi tidak berguna,” kata Mochly-Rosen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com