Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Kanjuruhan Jatuhkan Kepercayaan Publik, Apa yang Harus Dilakukan Polri?

Kompas.com - 07/10/2022, 10:10 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

"Lebih dari 100 orang yang dibunuh polisi. Ingatlah para korban tewas di Kanjuruhan."  Tulisan itu dibentangkan oleh suporter Bayern Muenchen ketika timnya mengahadapi Viktoria Plzen, Rabu (5/10/2022) dini hari WIB di Allianz Arena.

KOMPAS.com - Sejak tewasnya lebih dari 100 orang di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam, sebagian besar suporter Arema FC, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menjadi sorotan tidak hanya secara nasional namun internasional.

Polisi disebut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan. Penembakan gas air mata dan tindakan represif oleh polisi diduga sebagai penyebab tewasnya 131 orang dalam peristiwa kelam itu.

Komnas HAM pun telah mulai melakukan penyelidikan tragedi di Kanjuruhan sejak Senin (3/10/2022).

Komisioner bidang penyelidikan dan pemantauan Komnas HAM Choirul Anam menyebutkan, kebanyakan korban yang meninggal dunia disebabkan karena kehabisan oksigen akibat paparan gas air mata.

"Pertama adalah kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru. Jadi, muka biru ini banyak," kata Anam Rabu (5/10/2022) seperti ditulis Kompas.com sebelumnya. 

"Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," ujarnya.

Temuan Komnas HAM itu pun semakin menguatkan dugaan banyak pihak yang menyebut bahwa kericuhan terjadi sejak polisi yang berjaga menembakkan gas air mata ke tribun penonton.

Baca juga: Memutus Rantai Kekerasan Polisi Pasca-tragedi Kanjuruhan

Semakin menurun

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto menilai peristiwa Kanjurahan semakin menurunkan kepercayaan publik kepada Polri.

Apalagi, sebelumnya publik banyak dipertontonkan kebohongan dan manipulasi dalam kasus Ferdy Sambo.

"Kepercayaan publik kepada kepolisian belum pulih dengan kasus Sambo kemarin yang prosesnya sampai sekarang tertunda-tunda. Sekarang tertumpuk dengan kasus Kanjuruhan ini," ujar Bambang kepada Kompas.com, Rabu (5/10/2022).

Seperti halnya dalam kasus Ferdy Sambo, di peristiwa di Kanjuruhan ini Bambang menilai Polri lamban dalam menangani kasus yang menewaskan ratusan suporter Arema FC.

Menurut dia,  pencopotan Kapolres Malang maupun sembilan Komanda Brimob tidaklah cukup. Semestinya Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta juga perlu secepatnya dicopot.

Baca juga: Desakan Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan Menguat, Penanganan Polisi Jadi Sorotan

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Konten Satire soal Rekonstruksi Wajah Hawa dalam Tiga Dimensi

Konten Satire soal Rekonstruksi Wajah Hawa dalam Tiga Dimensi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Raffi Ahmad Promosikan Judi 'Online'

[HOAKS] Video Raffi Ahmad Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Ikan Raksasa di Danau Hogganfield pada 1930

[HOAKS] Foto Ikan Raksasa di Danau Hogganfield pada 1930

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Penayangan Episode Terakhir 'Friends' pada 2004

Kilas Balik Penayangan Episode Terakhir "Friends" pada 2004

Sejarah dan Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Perubahan Iklim Sebabkan Kasus DBD Meningkat?

CEK FAKTA: Benarkah Perubahan Iklim Sebabkan Kasus DBD Meningkat?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Mitos dan Kabar Bohong Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang...

INFOGRAFIK: Mitos dan Kabar Bohong Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang...

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire, Jokowi Perlihatkan Kartu Kabur Saat Demo Sambil Tertawa

INFOGRAFIK: Konten Satire, Jokowi Perlihatkan Kartu Kabur Saat Demo Sambil Tertawa

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Pertalite Sudah Tidak Tersedia di SPBU Pertamina

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Pertalite Sudah Tidak Tersedia di SPBU Pertamina

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Belum Ada Penunjukan Sivakorn Pu-Udom Jadi VAR Laga Indonesia Vs Guinea

[KLARIFIKASI] Belum Ada Penunjukan Sivakorn Pu-Udom Jadi VAR Laga Indonesia Vs Guinea

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

Hoaks atau Fakta
Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com