KOMPAS.com - Sejak remaja, Soekarno mempunyai kegemaran menonton film. Ketika bersekolah di Surabaya misalnya, ia rutin menonton film satu kali dalam seminggu.
Tidak seperti orang pada umumnya, Soekarno hanya mampu menonton film dari belakang layar, karena tidak sanggup membayar mahal.
"Aku duduk di tempat yang paling murah. Coba pikir, keadaanku begitu melarat, sehingga aku hanya dapat menyewa tempat di belakang layar," kata Soekarno dalam buku biografi, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1966) yang ditulis Cindy Adams.
Kegemaran Soekarno menonton film pun tidak pernah luntur saat ia beranjak dewasa bahkan sampai ketika menjadi presiden.
Tidak heran ketika ada kunjungan ke Amerika Serikat ia kerap bertemu dengan sejumlah artis Hollywood. Salah satu yang menyedot perhatian publik adalah pertemuannya dengan Marilyn Monroe.
Baca juga: Ketika Soekarno Belikan Beha untuk Istrinya di AS, Cerita yang Menuai Kontroversi
Pertemuan Soekarno dengan Marilyn terjadi pada Mei 1956. Saat itu, Soekarno tengah melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga minggu di negara Abang Sam (AS) itu.
Pertemuan itu terjadi atas jasa Joshua Logan, sutradara film Bus Stop (1956) yang dibintangi oleh Marilyn Monroe.
Mereka bertemu dalam acara pesta yang diselenggarakan oleh Eric Allen Johnston, Presiden Motion Picture Association of America (MPAA). Pesta tersebut diselanggarakan untuk menghormati kedatangan Soekarno dan rombongannya ke Amerika.
Dalam pesta tersebut Soekarno sempat berbincang secara intens dengan Marilyn. Bahkan, setelah pertemuan itu muncul isu tentang perselingkuhan Soekarno dengan Marilyn.
Dalam buku berjudul Goddes The Secret Life of Marily Monroe (1985) yang ditulis oleh Anthony Summers, Joseph Logan mengatakan adanya kemungkinan pertemuan lanjutan setelah pesta tersebut.
"Saya pikir mereka berdua melakukan pertemuan lanjutan setelah pesta itu," ujar Logan.
Baca juga: Mengenang Ketika Soekarno Lantang Berkata ke AS: Go to Hell with Your Aid!