KOMPAS.com - Masyarakat ramai memperbincangkan temuan NeoCov, varian virus corona terbaru yang disebutkan dalam makalah para peneliti di China.
NeoCov banyak disalahpahami sebagai varian baru virus yang menyebabkan SARS-CoV-2, penyebab pandemi Covid-19. Padahal, ini merupakan jenis virus yang berbeda.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa NeoCov bukanlah varian baru virus corona yang menyebabkan Covid-19.
"Bukan (varian baru)," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/2/2022).
Baca juga: [HOAKS] Varian Baru Virus Corona Penyebab Covid-19 Bernama NeoCov
NeoCov lebih berkaitan dengan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV), penyakit yang menyerang saluran pernapasan.
"Dia adalah bentuk virus lain kerabat MERS-CoV. Ini baru ditemukan di kelelawar dan belum ada penularan di manusia. Jadi bukan varian baru dari Covid," ujar Nadia.
Agar tidak keliru menangkap infromasi tentang virus ini, berikut empat fakta tentang NeoCov:
Meskipun sama-sama dari virus corona, Mers-CoV dan Covid-19 merupakan penyakit yang berbeda.
Berdasarkan studi yang diterbitkan pada 16 Juni 2020, para ilmuwan menemukan bahwa 85 persen genom NeoCov identik dengan MERS-CoV pada tingkat nukleotida.
Berdasarkan kriteria taksonominya, NeoCoV dan MERS-CoV termasuk dalam satu spesies virus.
Virus ini bersifat zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia dan dapat ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sejak 2012 ada 27 negara melaporkan 858 kasus kematian karena infeksi dan komplikasi terkait Mers-CoV. Namun, catatan tersebut tidak secara spesifik merujuk pada NeoCov.
Sehingga, 858 kasus kematian yang dicatatkan bukanlah dari virus NeoCov, melainkan MERS-CoV.
MERS-CoV ditemukan pada unta dromedari di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan, yang kemudian menginfeksi manusia.
Sementara, NeoCov ditemukan pada kelelawar.
Sejak 2014, penelitian terkait NeoCov sudah dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Bonn Medical Center di Jerman, Museum Ilmu Pengetahuan Alam Durban, Universitas Stellenbosch, dan Universitas KwaZulu Natal di Afrika Selatan.
Mereka menentukan urutan genom lengkap NeoCov, virus corona yang ditemukan dalam tinja kelelawar Neoromicia capensis di Afrika Selatan. Kata "Neo" dalam penamaan virus ini merujuk pada jenis kelelawar tersebut.