Meski sudah diteliti sejak lama, tetapi perbincangan soal NeoCov kembali ramai ketika para ilmuwan dari China menerbitkan makalah tentang virus ini.
Makalah yang disusun oleh para ilmuwan dari Chinese Academy of Science dan Universitas Wuhan disalahpahami sebagai temuan varian baru.
Faktanya, pada 25 Januari 2022, makalah ini diunggah secara online pada server pra-cetak biologi bioRxiv dan belum mendapat tinjauan dari rekan sejawat atau peer review.
Sebagai informasi, peer review merupakan proses pengkajian atau penelitian lebih cermat oleh orang lain yang ahli di bidang yang sama, serta dianggap perlu untuk memastikan kualitas ilmiah akademik suatu karya ilmiah, penelitian, atau ide penulis.
Menurut penelitian, untuk memasuki sel manusia, MERS-CoV menggunakan reseptor yang disebut Dipeptidyl peptidase-4 (DPP4).
Terlepas dari kemiripan yang dekat antara MERS-CoV dan NeoCov, reseptor yang digunakan oleh NeoCov untuk memasuki sel kelelawar masih menjadi teka-teki sejauh ini.
Para ilmuan China menemukan bahwa NeoCov memasuki sel kelelawar melalui reseptor ACE2.
Adapun manusia juga memiliki reseptor ACE2 (hACE2) yang berinteraksi dengan virus seperti SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan penyakit Covid-19), tetapi penelitian tersebut menemukan bahwa NeoCov tidak dapat berinteraksi dengan reseptor hACE2 manusia seperti yang terjadi pada Covid-19.
Meskipun NeoCov belum menginfeksi manusia, melalui makalah itu para peneliti memperingatkan bahwa kelompok virus ini perlu dipantau secara ketat, jika terjadi mutasi yang memungkinkan NeoCov berinteraksi dengan reseptor hACE2 manusia.
Jadi tidak ada bukti atau kesimpulan dalam temuan tersebut yang menyatakan bahwa NeoCov sudah menginfeksi manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.