KOMPAS.com - Berbicara tentang peradaban Romawi Kuno, pertarungan gladiator tentu tak bisa dilewatkan.
Di masa modern, pertarungan gladiator Romawi ditampilkan dalam berbagai media, salah satunya film.
Terdapat sejumlah film yang mengangkat cerita pertarungan gladiator, seperti Spartacus (1960), Ben-Hur (1959), dan Gladiator (2000).
Namun demikian, penggambaran gladiator dalam film sering kali tidak sesuai dengan fakta aslinya. Hal ini dapat dipahami, karena film membutuhkan unsur dramatis.
Meski demikian, banyak orang yang telanjur memercayai penggambaran gladiator dalam film sebagai replika sesungguhnya dari sejarah.
Baca juga: Asal-usul Nama Kali Angke, dari Perebutan Jayakarta hingga Genosida Tionghoa 1740
Melansir History, berikut beberapa fakta sejarah terkait gladiator yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang digambarkan di film.
1. Tidak bertarung sampai mati
Film-film Hollywood dan acara televisi sering menggambarkan pertarungan gladiator sebagai pertarungan tanpa aturan, brutal, dan mematikan.
Namun sebenarnya, sebagian besar pertarungan gladiator digelar dengan aturan yang cukup ketat, dan diawasi oleh seorang wasit.
Selain itu, pertarungan yang digelar biasanya adalah pertarungan tunggal antara dua pria dengan ukuran dan jam terbang yang sama.
Pada saat pertarungan, wasit dapat menghentikan pertarungan apabila salah satu peserta terluka parah.
Baca juga: Perang Kuning, Bersatunya Masyarakat Tionghoa dan Jawa Melawan Penjajahan
Dalam kasus yang jarang terjadi, kedua gladiator bahkan diizinkan meninggalkan arena dengan hormat jika mereka menampilkan pertunjukan yang menarik untuk penonton.
Pada prinsipnya, pertarungan gladiator bisa dibayangkan seperti pertarungan tinju atau gulat di era modern.