Di masa modern, pertarungan gladiator Romawi ditampilkan dalam berbagai media, salah satunya film.
Terdapat sejumlah film yang mengangkat cerita pertarungan gladiator, seperti Spartacus (1960), Ben-Hur (1959), dan Gladiator (2000).
Namun demikian, penggambaran gladiator dalam film sering kali tidak sesuai dengan fakta aslinya. Hal ini dapat dipahami, karena film membutuhkan unsur dramatis.
Meski demikian, banyak orang yang telanjur memercayai penggambaran gladiator dalam film sebagai replika sesungguhnya dari sejarah.
Mitos seputar gladiator
Melansir History, berikut beberapa fakta sejarah terkait gladiator yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang digambarkan di film.
1. Tidak bertarung sampai mati
Film-film Hollywood dan acara televisi sering menggambarkan pertarungan gladiator sebagai pertarungan tanpa aturan, brutal, dan mematikan.
Namun sebenarnya, sebagian besar pertarungan gladiator digelar dengan aturan yang cukup ketat, dan diawasi oleh seorang wasit.
Selain itu, pertarungan yang digelar biasanya adalah pertarungan tunggal antara dua pria dengan ukuran dan jam terbang yang sama.
Pada saat pertarungan, wasit dapat menghentikan pertarungan apabila salah satu peserta terluka parah.
Dalam kasus yang jarang terjadi, kedua gladiator bahkan diizinkan meninggalkan arena dengan hormat jika mereka menampilkan pertunjukan yang menarik untuk penonton.
Pada prinsipnya, pertarungan gladiator bisa dibayangkan seperti pertarungan tinju atau gulat di era modern.
2. Gladiator diperlakukan seperti atlet
Gladiator bisa disamakan seperti atlet tinju atau atlet gulat profesional di masa sekarang.
Mereka dilatih, diberi makan, dan tempat tinggal. Biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan seorang gladiator cukup besar.
Oleh karena itu, para promotor tidak suka jika pertarungan gladiator berujung kematian. Karena itu artinya membuang uang secara sia-sia.
Para pelatih gladiator akan menginstruksikan petarung mereka untuk menyerang dan melukai lawan, namun tidak sampai membunuh atau membuat luka parah.
Tentu saja pertarungan bersenjata masih memiliki risiko jatuhnya korban jiwa.
Sejarawan memperkirakan, satu dari lima atau satu dari 10 pertarungan gladiator biasanya mengakibatkan salah seorang petarung tewas.
3. Tidak semua gladiator adalah budak
Tak seperti penggambaran di film-film, tidak semua gladiator berasal dari kalangan budak.
Memang sebagian besar petarung awal di arena gladiator adalah orang-orang yang kalah perang melawan Romawi, dan budak yang telah melakukan kejahatan.
Namun, bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pada abad ke-1 Masehi, demografi para petarung mulai berubah.
Terpikat oleh serunya pertempuran dan popularitas yang bisa diraih gladiator, sejumlah pria merdeka secara sukarela menandatangani kontrak dengan sekolah gladiator demi mengejar kejayaan dan kekayaan.
Para pria yang sukarela menjadi gladiator ini sering kali adalah orang yang putus asa atau mantan prajurit yang ahli dalam pertempuran.
Namun, beberapa gladiator juga ada yang berasal dari bangsawan kelas atas, ksatria, dan bahkan senator yang ingin menunjukkan silsilah prajurit mereka.
Sejarah pertarungan gladiator
Melansir Britannica, pertarungan gladiator berawal dari tradisi pemakaman Etruscan, bangsa kuno cikal-bakal Romawi.
Kemudian, pada era Romawi, pertarungan gladiator sangat populer dan terus berkembang.
Bermula dari pertarungan yang menampilkan tiga pasang petarung pada pemakaman Brutus (264 SM), menjadi 300 pasang petarung pada saat Julius Caesar meninggal (44 SM).
Di bawah kaisar Titus (M), penyelenggaraan pertarungan gladiator diperpanjang, dari awalnya satu hari menjadi seratus hari.
Sementara itu, kaisar Trajan pada masa kejayaannya (107 M) memiliki 5.000 pasang gladiator.
Pertunjukan gladiator tidak hanya digelar di Roma, tetapi juga di kota-kota lain di Kekaisaran Romawi, seperti yang dapat dilihat dari jejak-jejak keberadaan amfiteater.
Dengan datangnya agama Kristen, popularitas pertunjukan gladiator mulai merosot dan bahkan banyak yang tidak menyukainya.
Kaisar Konstantinus I menghapuskan pertarungan gladiator pada tahun 325 M, tetapi pertunjukan itu kemudian kembali digelar.
Pertunjukan gladiator kembali dihapuskan oleh Kaisar Honorius (393–423 M), namun ada kemungkinan kegiatan itu masih diadakan selama satu abad setelahnya.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/02/02/172206482/mitos-mitos-tentang-gladiator-yang-muncul-di-film