Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
andry natawijaya
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama andry natawijaya adalah seorang yang berprofesi sebagai Konsultan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Presidensi G20, Ketika Indonesia Memimpin Dunia

Kompas.com - 26/06/2022, 11:49 WIB
Kompasianer andry natawijaya,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Presidensi G20, Ketika Indonesia Memimpin Dunia"

KOMPAS.com - Terngiang dalam ingatan saat sekolah diliburkan karena  penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) tahun 1994 silam. Waktu itu tanggal 15-16 November 1994, Indonesia didaulat menjadi tuan rumah KTT APEC.

Betapa sangat membanggakan karena KTT APEC dihadiri para pemimpin tinggi berbagai negara mulai dari Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Zhang Ze Min selaku Presiden RRC, Perdana Menteri Jepang Tomiichi Murayama serta delegasi Negara sahabat lainnya.

Indonesia kala itu dipandang sebagai salah satu macan Asia yang diprediksi menjadi kekuatan ekonomi baru. Namun apa daya ternyata 4 tahun berselang, tepatnya tahun 1998 krisis moneter melanda membuat Indonesia tak berkutik menghadapi guncangan krisis yang menyeret Indonesia pada krisis sosial serta politik.

Krisis tahun 1998 laksana badai bagi ekonomi di kawasan Asia, menjadi pelajaran berharga untuk pengelolaan moneter dan sistem keuangan dunia. Bermula dari pengalaman pahit krisis 1998, maka dibentuklah Group of Twenty (G20).

Mengenal G20

G20 berdiri tahun 1999, 1 tahun pasca krisis moneter mengguncang Asia, sebagai wadah kerja sama ekonomi dengan fokus terhadap koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. G20 adalah representasi dari kekuatan ekonomi dan politik dunia, dimana para anggotanya mewakili 80 persen PDB global, 75 persen dari total perdagangan dunia serta 60 persen populasi global.

Baca juga: Jokowi Diminta Sampaikan Undangan KTT G20 saat Lawatan ke Rusia-Ukraina

Indonesia termasuk sebagai anggota karena memiliki kualifikasi ketiga hal persyaratan itu. Tentu sebuah kebanggaan karena Indonesia dapat bersanding bersama para negara maju yang memiliki peran besar atas sistem keuangan dan ekonomi global.

Tercatat anggota G20 terditi dari 19 negara dan 1 benua yaitu Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Republik Rakyat China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Pertumbuhan ekonomi global  yang sehat dan berkesinambungan merupakan perhatian dari para anggotanya. Berkat pengalaman menghadapi aneka dinamika krisis baik tahun 1998 dan 2008, G20 banyak menghasilkan kesepakatan yang berguna bagi sistem perekonomian menghadapi tekanan di masa mendatang.

Peran Indonesia di Presidensi G20

Perlu diakui keberadaan Indonesia di G20 adalah sebuah kebanggaan, bagaimana tidak Indonesia menjadi satu-satunya negara dari ASEAN yang menjadi anggota G20, dalam hal ini Indonesia turut memiliki andil menentukan rumusan kebijakan ekonomi tingkat dunia. Terlebih lagi Indonesia tampil selaku Presidensi G20 mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.

G20 dan dunia umumnya saat ini berada dalam situasi berat. Covid-19 yang malah menimbulkan krisis multidimensi berikut konflik geopolitik menjadikan dunia berada pada tekanan krisis energi dan inflasi tinggi.

Diharapkan G20 mampu memimpin pemulihan serta mengatasi tekanan saat ini agar kehidupan ke depan menjadi lebih baik, dan Indonesia berada di barisan paling depan mengemban tugas itu. Hal membanggakan namun jelas sangat berat.

Tema yang diusung G20 di masa kepemimpinan Indonesia adalah mengusung semangat pemulihan bersama, Recover Together, Recover Stronger. Tema tersebut dipilih karena melihat dunia berada dalam tekanan selama masa pandemi Covid-19 yang membutuhkan upaya bersama menemukan solusi  bangkit dari keterpurukan.

Dari tema besar itu diturunkan rinciannya ada 3 sektor prioritas sebagai kunci dari pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu:

1. Penguatan arsitektur kesehatan global

Pandemi adalah bukti nyata bahwa arsitektur kesehatan global membutuhkan pembenahan lebih lanjut menguatkan dan memperbaiki sistem kesehatan saat ini. Bahkan tak hanya saat menghadapi pandemi, dunia harus mempersiapkan tanggapan lebih baik dan memiliki kapasitas mumpuni mengadapi krisis kesehatan di masa depan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com