Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Hepatitis Akut Misterius pada Anak Efek dari Long Covid? Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 14/05/2022, 13:00 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Kasus diduga hepatitis akut misterius saat ini ditemui pada anak-anak masih menjadi perbincangan masyarakat di Indonesia.

Hal ini berdasarkan adanya tiga anak meninggal dunia yang diduga meninggal akibat hepatitis akut misterius, Minggu (1/5/2022).

Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menyatakan kasus hepatitis akut yang muncul di beberapa negara sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Diketahui kasus hepatitis akut misterius tersebut juga menyerang anak-anak di Eropa, AS, dan Asia sejak 15 April 2022.

Sejumlah dugaan pun muncul di tengah warganet terkait apakah kasus hepatitis akut misterius tersebut berkaitan dengan long Covid atau tidak.

"Kenapa covid tidak dicurigai sebagai tersangka juga ya, Prof? Padahal hampir semua anak yg kena hepatitis belum divaksin dan di Israel 12 dari 11 anak pernah positif covid. Apa kemungkinan "hepatitis misterius" ini sebagai bagian dari long covid sudah di-rule out?" tulis pengunggah dalam twitnya.

Baca juga: Benarkah Hepatitis Akut Muncul dari Long Covid? Ini Kata Kemenkes dan IDI

Lantas, benarkah hepatitis akut misterius terjadi karena efek long Covid?

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman memperkirakan, kasus hepatitis akut misterius merupakan salah satu efek jangka panjang infeksi Covid-19 atau long covid.

"Hipotesis saya, ini adalah bagian dari pandemi Covid-19 itu, adalah salah satu bentuk dari long covid bahkan yang tidak mesti menunggu bertahun-tahun, satu tahun atau dua tahun setelah pandemi ini kita sudah bisa melihat," ujar Dicky, melalui pesan suara, Jumat (13/5/2022).

Dicky menyebutkan, hipotesisnya ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Israel terkait hepatitis akut misterius.

Berdasarkan penelitian tersebut, 99 persen anak yang terkena hepatitis akut misterius pernah terinfeksi Covid-19 dalam satu tahun terakhir.

Anak diduga terkena hepatitis akut karena tak divaksin

Kemudian anak yang terpapar, kata Dicky, mayoritas berusia di bawah 5 tahun dengan tingkat tertinggi kasus berada rentang usia 2-3 tahun.

"Dan pada saat ini menimpa usia di bawah 5 tahun mayoritas dengan tertinggi pada usia 2-3 tahun, yang kita tahu notabene mereka belum eligible (berhak) untuk vaksinasi," ujar Dicky.

Dicky mengatakan, karena vaksinasi Covid-19 tidak diberikan pada rentang usia tersebut, maka terdapat kemungkinan long covid terjadi.

"Ini juga memperkuat hipotesis bahwa proteksi dari vaksinasi itu sebagaimana riset menunjukkan memang mengurangi potensi long covid," ujar dia.

Tidak ada vaksin untuk anak-anak membuat daya tahan tubuh melemah sehingga adenovirus yang dikenal tidak terlalu berbahaya disebut bisa menyerang dengan mudah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com