Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Netizen Indonesia Disebut Paling Tidak Sopan se-Asia Tenggara

Kompas.com - 26/03/2022, 11:05 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, netizen Indonesia mendapatkan penilaian tingkat kesopanan pengguna internet dan menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara.

Artinya netizen Indonesia merupakan penggguna internet paling tidak sopan se-Asia Tenggara berdasarkan laporan Digital Civility Index (DCI).

Dalam riset yang dirilis oleh Microsoft ini, tingkat kesopanan netizen Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk.

Survei yang sudah memasuki tahun kelima tersebut mengamati sekitar 16.000 responden di 32 wilayah, yang diselesaikan selama kurun waktu bulan April hingga Mei 2020.

Survei tersebut mencakup responden dewasa dan remaja tentang interaksi online mereka dan pengalaman mereka menghadapi risiko online.

Seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan netizen di Indonesia.

Baca juga: Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan se-Asia Tenggara, Pengamat Sebut Ada 3 Faktor Penyebab

Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen. Kemudian faktor ujaran kebencian yang naik 5 poin, menjadi 27 persen.

Dan ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, yang turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu. Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna usia dewasa dengan persentase 68 persen.

Sementara usia remaja disebut tidak berkontribusi dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.

Penyebab netizen Indonesia disebut tidak sopan

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Psikososial dan Budaya, Endang Mariani mengatakan, penting untuk mengetahui metodologi dan analisis data, untuk menentukan apakah hasil penelitian dapat digeneralisasi.

“Saya belum tahu pasti, teknik survei dan data yang digunakan oleh DCI. Tapi jika hasilnya demikian, maka saya berasumsi ada tiga faktor yang memengaruhi,” kata Endang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/2/2021).

Menurut Endang, tak bisa dipungkiri penggunaan media sosial meningkat selama pandemi, termasuk di Indonesia.

Dalam data DCI disebutkan, hoax, penipuan, dan ujaran kebencian yang mengalami kenaikan 5-13%, kemungkinan terkait dengan beredarnya berita-berita seputar Covid-19, yang berasal dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawaban kredibilitasnya dan kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak pada berbagai hal.

Ketidakpastian

Baca juga: 6 Bukti Netizen Indonesia Tidak Sopan se-Asia Tenggara, Akun Luar pun Diserang

Faktor pertama adalah ketidakpastian. Situasi pandemi yang tidak pasti, membuat masyarakat mencari informasi dari berbagai sumber.

Sehingga, jika terjadi kesimpangsiuran dan banjir informasi, mereka akan percaya pada apa yang diyakini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com