Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta-fakta Virus NeoCov yang Diklaim Ilmuwan China sebagai Varian Covid Baru

Kompas.com - 30/01/2022, 08:50 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Belum reda pandemi Covid-19 yang melanda dunia, ilmuwan China kini membawa kabar yang cukup mengejutkan.

Sebuah laporan menyebutkan bahwa ilmuwan China telah mengungkap temuan virus NeoCov yang diklaim sebagai varian Covid baru.

Covid-19 memang kerap bermutasi menjadi varian-varian baru. Sebut saja varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, hingga Omicron yang kini tengah menyebar luas di berbagai negara di dunia.

Lalu apa itu NeoCov? Apakah virus ini terkait dengan Covid-19?

Berikut ini adalah sejumlah fakta seputar virus NeoCov yang diklaim merupakan varian baru dari virus corona.

Baca juga: Virus NeoCov Diklaim Ilmuwan China Varian Covid Baru, Virus Apa Itu?

Berasal dari virus MERS-CoV

Dilansir dari The Independent, Sabtu (29/1/2022), virus corona NeoCov disebut bisa mengancam dengan tingkat infeksi dan kematian yang tinggi, melebihi virus SARS-CoV-2 yang merupakan penyebab pandemi Covid-19.

Laporan tersebut didasarkan pada penelitian yang dipublikasi di jurnal online, BioRxiv, di awal pekan ini.

Studi tersebut diterbitkan oleh peneliti China namun belum ditinjau lebih lanjut oleh peneliti sejawat.

Meski begitu, virus NeoCov sebenarnya bukan varian baru dari virus corona SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab pandemi global saat ini.

Sebaliknya, NeoCov adalah virus yang berasal dari jenis virus corona yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah yakni MERS-CoV.

Sejauh ini, asal-usul MERS-CoV sendiri tidak sepenuhnya dapat dipahami. MERS-CoV, selama ini dikenal sebagai virus corona yang ditularkan dari unta dromedari ke manusia.

NeoCov adalah kerabat dekat virus penyebab infeksi saluran pernapasan Timur Tengah, MERS-CoV dan beredar di antara kelelawar.

Virus tersebut bersifat zoonosis, artinya, virus corona itu ditularkan antara hewan dan manusia, serta dapat menular melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.

Baca juga: Orang yang Terinfeksi Omicron Bisa Menyebarkan Virus hingga 10 Hari

Ilustrasi virus CoronaKOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Ilustrasi virus Corona

Bisa membahayakan di kemudian hari

Para ilmuwan Wuhan, China, memperingatkan bahaya yang bisa ditimbulkan oleh NeoCov apabila menular dari kelelawar ke manusia. Hal itu diungkapkan dalam studi yang diterbitkan di awal pekan ini.

Sebab, NeoCov, sejauh ini disebut tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang dilatih untuk menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, maupun MERS-CoV.

Studi para ilmuwan China yang mengidentifikasikan virus ini sebagai Neo Covid, menunjukkan bahwa ada potensi ancaman NeoCov coronavirus menginfeksi manusia.

Namun begitu, sejauh ini belum ada indikasi atau bukti kuat seberapa menular atau fatalnya virus tersebut.

Tes laboratorium juga menunjukkan bahwa kemampuan virus NeoCoV untuk menginfeksi sel manusia buruk.

Baca juga: Studi: Virus Corona Kehilangan 90 Persen Kemampuan Menginfeksi Setelah 20 Menit di Udara

Penelitian lebih lanjut

Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick mengatakan, perlu lebih banyak data dan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi infeksi virus tersebut ke manusia dan tingkat keparahan yang bisa ditimbulkan.

"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," kata prof Young, kepada The Independent.

Studi pra-cetak ini, kata dia, menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan virus Neo Covid sangat tidak efisien.

Dia menambahkan bahwa apa yang disoroti ini, bagaimana pun juga perlu tetap waspada terkait penyebaran infeksi virus corona dari hewan, terutama kelelawar, ke manusia.

"Ini (studi temuan virus NeoCov) adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan," jelas Prof Young.

Sekilas MERS-CoV

Para peneliti mengungkapkan bahwa, virus NeoCov yang disebut varian baru Covid ini ternyata masih berkerabat dengan MERS-CoV.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) MERS-CoV telah diidentifikasi pada unta di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan.

WHO juga menyebut bahwa secara total, 27 negara telah melaporkan kasus MERS-CoV sejak tahun 2012, dan dilaporkan telah menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait.

Lebih lanjut WHO menjelaskan bahwa menurut analisis genom virus yang berbeda, diyakini bahwa virus yang ditularkan mungkin berasal dari kelelawar dan kemudian ditularkan ke unta di beberapa titik di masa lalu.

WHO mengatakan 35 persen pasien yang terinfeksi MERS-Covid meninggal, meskipun ini mungkin terlalu tinggi karena kasus-kasus ringan mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.

(Sumber:Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas | Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com