Kemudian teranyar menggunakan besi alias perahu ponton. Modalnya jika ditotal dan dibuat sekaligus, menurut Endang, bisa mencapai Rp 5 miliar. Ia bahkan juga beberapa kali meminjam ke bank.
"Kita otodidak aja. Kita pikirkan juga safety-nya," ucapnya.
Pria 62 tahun itu mengatakan, setiap hari tak kurang dari 10.000 pengendara sepeda motor melewati jembatan perahu ponton itu. Ia menyebut tak kaku mematok pengendara harus membayar Rp 2.000.
Sebab kadang ada yang membayar Rp 1.000 atau jika tidak membawa uang tak masalah jika tak membayar, apalagi jika warga sekitar jembatan.
"Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari," ucap dia.
Meski begitu, kata dia, tiap hari biaya operasional berkisar Rp 8 juta. Mulai dari perawatan, penerangan, hingga upah.
"Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini," ucap dia.
Sejak jembatan penyeberangan itu dibangun, ekonomi di sekitarnya pun turut tumbuh. Banyak warga berjualan di pinggir jalan.
"Sepanjang jalan banyak warga yang jualan," kata dia.
Selain itu, Endang juga merekrut 40 warga sebagai pekerjanya. Usianya pun tak dibatasi.
"Gajinya macem- macem. Ada yang UMK ada yang tidak. Ada beberapa indikatornya. Misalnya lama kerja dan rajin tidaknya," kata dia.
Salah sorang pengendara, Kardi (52) mengaku sangat terbantu dengan adanya jembatan penyeberangan itu. Sebab, jika tidak ada ia harus berjalan memutar yang membutuhkan waktu sekitar satu jam.
"Saya bisa enam kali lewat sini (jembatan penyeberangan)," kata dia.
Kardi sendiri merupakan pedagang roti yang menitipkan roti nya di warung-warung dekat kawasan industri.
(Sumber: Kompas.com Penulis Kontributor Karawang, Farida Farhan | Editor Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.