Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar dari Erupsi Gunung Semeru

Kompas.com - 05/12/2021, 11:48 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Ahli Vulkanologi Surono alias Mbah Rono mengimbau warga di sekitar lereng Gunung Semeru untuk mewaspadai banjir lahar pasca-letusan Semeru di Lumajang-Malang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021).

Melansir Breaking News Kompas TV, Minggu, Mbah Rono menjelaskan, letusan Semeru berbeda dengan erupsi Merapi pada 2010 silam.

Perbedaanya terletak pada karakter letusan. Letusan Gunung Merapi, kata Mbah Rono, gas menjebol kawah dan menimbulkan awan panas letusan.

Sementara Semeru memang sering mengalami letusan berupa gas, uap dan abu vulkanik. Hanya saja, letusan Semeru cuma mengeluarkan llehan lava yang membentuk gundukan atau kuba lava.

"Gundukan ini makin lama makin besar volumenya. Nah, musim hujan ini bisa jadi membuat kuva lava sebagian menjadi batu, sebagian lagi masih cari longsor," kata mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini.

Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, 41 Orang Alami Luka Bakar

Mbah Rono melanjutkan, gundukan tersebut menghasilkan uang atau gas yang bercampur dengan debu halus, materia kerikil hingga bongkahan yang membenttuk awan panas guguran.

Waspada banjir lahar

Guguran tersebut kemudian masuk ke Sungai Kobokan. Oleh karena itu, Surono mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas terlebih dahulu di sekitar lokasi tersebut.

Apalagi, lanjut dia, sebaran abu masih cukup tebal dan musim hujan pun masih berlangsung.

Mbah Rono mengatakan, jika musim hujan masih berlangsung lama, maka abu-abu vulkanik dari Semeru yang menyebar ke segala arah akan terbawa air hujan menuju ke yang lebih rendah, yaitu sungai.

"Sungai yang paling berpotensi banjir lahar adalah sungai-sungai yang terdapat endapan awan panas dan masyarakat jangan panik karena endapan awan panas masih panas di dalam sungai, hujan masih lebat, kalau air masuk ke dalam endapan itu karena di dalam pasti panas, maka menjadi ledakan-ledakan di tengah sungai," terang Surono.

Dia mengatakan, apabila endapan itu terbawa air hujan maka akan berkembang menjadi lahar hujan yang panas dan memiliki daya dobrak yang tinggi seperti semen. Dengan demikian, endapan itu bisa merusak fasilitas infrastruktur yang ada di sekitar apabila sudah bergerak.

"Ini (erupsi Semeru) bukan suatu letusan yang dibangun dari gempa, tapi dari material yang menumpuk di sekitar kawah, gugur. Pasti Badan Geologi akan melihat, masih adakah gundukan material itu? Kalau tidak ada lagi gundukan, ya sudah selesai," kata dia.

"Yang berkepanjangan nanti adalah lahar hujannya, tidak selesai-selesai selama musim hujan ada. Bersabar saja sampai betul-betul dingin kemudian potensi air hujannya tidak memicu lahar hujan," ucap Surono.

Baca juga: Wapres Minta BNPB, Kemensos, Kemenkes, dan Pemprov Segera Tangani Dampak Erupsi Semeru

Diketahui, Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur mengalami guguran awan panas, Sabtu (4/12/2021) sore.

 

Material vulkanik yang terpantau pukul 15.20 WIB mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Akibatnya, warga yang terkena dampak letusan harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Meskipun demikian, terdapat beberapa orang yang tewas dan hilang akibat peristiwa ini. (Sumber: Kompas.com/ Penulis: Deti Mega Purnamasari | Editor: Diamanty Meiliana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com