"Setelah dimuat, saya seperti bangkit dari mati, dan kesetanan menulis dengan gaya seperti itu," ungkapnya.
Baca juga: Joko Pinurbo hingga Carina Joe Raih Penghargaan Achmad Bakrie Tahun 2023
Puisi-puisi yang ditulis Jokpin menawarkan kebaruan karena ia mengaitkan karyanya dengan benda sehari-hari, seperti kamar mandi, sarung, dan telepon genggam.
Nama Jokpin juga masyur di kalangan penikmat sastra karena karyanya yang terasa segar.
Setiap karya yang diciptakan Jokpin menjadi pembeda dalam sejarah perpuisian Indonesia karena ia membawa humor yang sebelumnya tidak banyak ditulis penyair lain.
Menurut pengamat budaya dari Universitas Kristen Petra, Surabaya, Theophilus Joko Riyanto, Jokpin menggunakan kata sarat makna, tetapi gampang dicerna.
Dalam ingatan Joko Riyanto, Jokpin adalah sosok yang pendiam, bisa dibilang lebih ke irit bicara.
Baca juga: Sosok Gus Dur di Mata Penyair Joko Pinurbo...
Namun, sekalinya Jokpin bersuara, diksi yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari terasa memberi kesan reflektif filosofis.
"Penggunaan kata-kata yang sarat makna, tapi mudah dicerna itu tidak hanya di puisinya, dalam kehidupan sehari-hari dia juga demikian. Sejak SMA, Jokpin sudah aktif menulis puisi. Dia kerap menulis untuk sebuah majalah," ungkap joko Riyanto yang pernah tinggal bersama Jokpin di Asrama Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada 1977-1980.
Semasa hidupnya, Jokpin menyabet berbagai penghargaan atas kiprahnya di dunia sastra.
Jokpin pernah meraih Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), South East Asian (SEA) Write Award (2014), South East Asian (SEA) Write Award (2014), termasuk Anugerah Kebudayaan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2019).
Baca juga: Berbincang tentang Romo Mangun dengan Joko Pinurbo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.