Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Kompas.com - 20/04/2024, 09:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seseorang yang langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang magister (S2) setelah lulus sarjana (S1) disebut memiliki tingkat performa kerja paling rendah.

Pendapat tersebut diungkapkan oleh warganet di media sosial X (dulu Twitter), @paipiapaipia, Kamis (18/4/2024) siang.

"Funfact: selama saya kerja, orang paling ga perform adalah mereka yang abis lulus langsung lanjut s2," tulisnya.

Warganet pun berbondong-bondong menyerukan ketidaksetujuan pada unggahan tersebut.

Sebagian menganggap, pengunggah terlalu menggeneralisasi performa pekerja hanya dari pengalamannya.

Hingga Jumat (19/4/2024) petang, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 3,1 juta kali, disukai 13.000 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 3.100 warganet.

Lantas, benarkah seseorang yang langsung melanjutkan S2 setelah lulus S1 memiliki performa kerja paling minim?

Baca juga: Muncul Keluhan Gaji Lulusan SMA dan S1 Sama-sama Upah Minimum, Apa Bedanya?


Performa kerja tidak dilihat dari tingkat pendidikan

Konsultan karier sekaligus pencetus platform Jurusanku, Ina Liem mengatakan, performa kerja seseorang tidak bisa digeneralisasi dari tingkat pendidikannya.

"Menarik sih untuk diteliti lebih lanjut mengenai korelasinya, sehingga kita bisa menarik kesimpulan berdasarkan data, bukan pengalaman individu," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Menurut Ina, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki performa kerja lebih buruk, atau sebaliknya.

Salah satunya, tipe atau jenis pekerjaan yang dilakukan. Sebab, sejumlah pekerjaan memiliki kecocokan dengan jenjang pendidikan tertentu, baik lulusan vokasi, sarjana, magister, bahkan doktor atau S3.

Faktor kedua, Ina mengungkapkan, performa kerja seseorang sangat bergantung pada profil masing-masing individu.

Misalnya, orang yang tergolong tipe konseptor atau gemar menyusun konsep mungkin akan kesulitan mengerjakan suatu pekerjaan yang bersifat eksekutor.

"Kalau tipe konseptor tapi melakukan pekerjaan do-er, mungkin dia jadi dinilai tidak perform. Demikian pula sebaliknya," kata Ina.

Baca juga: Ramai soal Mahasiswa Dituntut Sopan tapi Dosen Cuma Baca Pesan, Ini Kata Pengamat Pendidikan

Tergantung profil individu

Faktor ketiga, alasan yang memacu seseorang untuk mengambil S2 langsung setelah lulus sarjana juga menjadi salah satu faktornya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com