Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghayati Kearifan "Ojo Pamer"

Kompas.com - 07/04/2024, 17:48 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DAPAT dikatakan bahwa yang disebut sebagai media sosial berjasa sekaligus berdosa mendemokratisasikan hak bagi siapa saja yang ingin melampiaskan nafsu pamer diri masing-masing termasuk pamer kekayaan harta benda.

Di medsos berita tentang “crazy rich” merajalela berhias gelora persaingan pamer kekayaan harta benda mulai dari tas bermerek, arloji bertabur permata sampai rumah mewah beratap heliport, bahkan pesawat terbang jet.

Secara psikososial, pamer kekayaan sangat rawan memicu gejolak kecemburuan sosial terutama pada masyarakat dengan kadar kesenjangan sosial yang tinggi seperti telah terbukti terjadi pada Revolusi Perancis 1789, Revolusi Rusia 1916 maupun Huruhara Mei Indonesia 1998.

Satu di antara kearifan Jawa dengan kandungan falsafahiah multi kompleks sekaligus multi dimensional adalah Ojo Dumeh.

“Ojo” relatif lebih mudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai “jangan”, sementara alih bahasa “dumeh” lebih problematis akibat jauh lebih lintas matra sehingga gerak semantika “dumeh” jauh lebih lentur merambah ke berbagai penjuru ketimbang “ojo”.

Pada permukaan kulit makna, “dumeh” bisa ditafsirkan ke aneka-makna beraroma kurang sedap semisal terkebur, sombong, besar kepala, tinggi hati, pongah, arogan, lupa daratan, durhaka seperti tersirat pada peribahasa kacang lupa kulitnya yang dilakukan oleh Malin Kundang terhadap ibundanya, Kurawa terhadap Pandawa menurut Mahabharata atau Rahwana menurut Ramayana versi Walmiki.

Ojo Dumeh memiliki beberapa anak-makna, yaitu Ojo Gumunan, Ojo Kagetan, Ojo Gragas, Ojo Lali, Ojo Keblinger.

Masih ada satu lagi anak-makna Ojo Dumeh, yaitu Ojo Pamer yang alih-bahasa ke Indonesia adalah jangan pamer.

Kata pamer dalam bahasa Jawa sama-huruf dengan pamer dalam bahasa Indonesia seperti yang digunakan Didi Kempot pada lirik lagu Pamer Bojo.

Sifat kata pamer memang cenderung negatif, bahkan destruktif, maka istilah pamer di ranah seni rupa ditambah akhiran “an” menjadi pameran demi menghindari konotasi buruk kata pamer.

Secara kodrati, naluri pamer dapat ditemukan pada margasatwa, semisal, burung merak jantan pamer keindahan ekor demi memikat betina.

Sikap pamer juga ditemukan pada margapuspa, semisal, bunga mawar pamer warna semarak dan aroma wewangian atau sebaliknya bunga raflesia alias bunga bangkai pamer bau busuk demi memikat para serangga hinggap pada dirinya.

Namun kehadiran naluri pamer para satwa dan puspa pada hakikatnya justru eksplisit membedakan diri mereka dari manusia demi menyadarkan manusia agar sebagai mahluk berakhlak seyogianya jangan berperilaku pamer.

Kasus dugaan korupsi konon ratusan triliun rupiah di jalur tata niaga timah akhir-akhir ini secara tidak langsung terbongkar akibat ulah pamer kekayaan harta-benda yang dilakukan oleh para pelaku yang kurang menghayati kedalaman, keluasan serta ketinggian inti makna luhur yang terkandung di dalam kearifan Ojo Pamer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com