Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Disebut Muncul Gunung Api di Grobogan Usai Gempa, Ini Kata Badan Geologi

Kompas.com - 25/03/2024, 13:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Video gundukan tanah di tengah sawah yang disebut gunung yang muncul usai Gempa Bawean, Gresik, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024), viral di media sosial. 

Gundukan tanah yang disebut gunung yang baru muncul itu diketahui berada di Grobogan, Jawa Tengah.

Dalam video yang beredar, gundukan tanah itu disebut sebagai gunung api aktif.

"Viral!! Usai gempa bumi, Tiba-tiba Muncul Gunung Api aktif di tengah sawah, di Grobogan, Jawa Tengah.

Diketahui Guncangan gempa yang berpusat di Tuban, Jawa Timur, terasa sampai Jawa Tengah hingga Kalimantan Selatan. Dari dua kali gempa yang terjadi pada hari Jumat, gempa susulan yang paling kencang getarannya," tulis @lampung.24jam.

Sebagian warganet berspekulasi lain. Mereka menduga bahwa gundukan tersebut terjadi karena lumpur Lapindo yang muncul ke permukaan usai gempa.

Lantas, apa sebenarnya gundukan yang muncul di tengah persawahan di Grobogan, Jawa Tengah itu?

Baca juga: BMKG Ungkap 12 Fakta Gempa Bawean, Berpusat di Sesar Tua Pola Meratus

Kronologi kejadian

Kepala Desa Grabagan, Eko Setyawan mengonfirmasi adanya fenomena gundukan yang muncul di Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah pada Jumat (22/3/2024).

Menurutnya, gundukan tersebut muncul beberapa jam setelah gempa susulan berkekuatan 6,5 terjadi.

"Tadi pukul 16.00 WIB lumpur muntah dan melimpas. Saat ada gempa besar pasti muntah. Ibarat mangkok yang digoyang-goyangkan pasti tumpah," kata Eko, dilansir dari Kompas.com, Sabtu (23/3/2024).

Ia mengatakan, limpasan lumpur asin tersebut beraroma belerang dan telah meluber sejauh 100 meter dengan kedalaman 15 sentimeter.

Luapan lumpur tersebut berhenti sekitar pukul 21.00 WIB.

Baca juga: Kata Ahli soal Semburan Air Panas Muncul di Bawean Usai Gempa

Penjelasan Badan Geologi

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid A.N mengatakan, fenomena kemunculan gundukan lumpur di Grobogan, Jawa Tengah itu adalah gunung lumpur atau mud vulcano.

Semburan gunung lumpur tersebut meningkat pasca terjadinya gempa di Bawean pada Jumat (22/3/2024) dengan magnitudo 6,5.

Kendati demikian, Wafid memastikan bahwa fenomena tersebut merupakan hal yang biasa terjadi lantaran terjadi di Bledug Kramesan.

"Fenomena terjadinya Bledug Kramesan di daerah Grobogan tersebut bukanlah suatu fenomena yang luar biasa," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/3/2024).

Sebab tak jauh dari Bledug Kramesan, terdapat juga Bledug Kuwu yang keberadaannya secara umum sudah ada sejak puluhan tahun atau disebut sebagai fenomena mud vulcano.

Fenomena gunung lumpur tersebut juga tidak mengindikasikan munculnya gunung api. Sebab, lokasi keberadaan gunung lumpur tidak berada dalam tatanan gunung api.

Bledug Kramesan berlokasi di Dusun Medang, Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah ada sejak lama.

Bahkan fenomena tersebut dijumpai dalam beberapa naskah dari kerajaan-kerajaan di Jawa tenang kehadiran mud vulcano.

Bledug Kramesan ini memiliki ketinggian 25 meter dari permukaan tanah. Jarak Bledug Kramesan dari Bledug Kuwu adalah sekitar 3,4 km.

Bledug-bledug ini adalah material dari mud diapir yang lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan maupun struktur sesar.

Baca juga: PVMBG Sebut Lokasi Pusat Gempa Tuban Alami Pelapukan dan Rawan Guncangan

Penyebab munculnya gunung lumpur

Lebih lanjut, Wafid menerangkan bahwa gempa tersebut berpotensi menyebabkan terbukanya rekahan-rekahan yang dilewati oleh material lumpur di dalam Buni.

Dengan terbukanya rekahan-rekahan tersebut material mud diapir akan mengalami pergerakan naik dan ada penambahan debit material. Namun dengan adanya kompresi dan tekanan tektonik pada area tersebut akan terjadi titik kesetimbangan seperti pada saat sebelum momen kegempaan terjadi.

Adapun fenomena semburan lumpur di Grobogan, Jawa Tengah itu juga dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 6,5 yang terjadi pada di Bawean, Gresik, Jawa Timur Jumat (22/3/024).

"Gempa tersebut menyebabkan sistem migrasi hidrokarbon maupun lumpur menjadi lebih aktif karena adanya bukaan berupa rekahan maupun patahan sebagai akibat adanya gempa dangkal ini," kata Wafid.

Selain itu, gejolak lumpur yang di daerah sekitar Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan adalah karena adanya jalan keluar melewati rekahan yang terbentuk akibat gempa tersebut.

Baca juga: Terungkap, Penyebab Kekuatan Gempa Tuban Bertambah dari M 6,0 Jadi M 6,5

Imbauan Badan Geologi

Terkait munculnya fenomena gunung lumpur, Badan Geologi mengimbau kepada agar masyarakat di sekitar area Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan agar tidak panik dan jangan mempercayai berita-berita yang tidak bertanggungjawab serta tidak mendasar
keilmuannya.

Badan Geologi mengaku akan terus memonitor perkembangan fenomena alam tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com