Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri Air Kencing Ini Bisa Jadi Tanda Gangguan Ginjal, Kenali Risikonya

Kompas.com - 12/03/2024, 19:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ginjal merupakan bagian dari saluran kemih yang berfungsi menyaring racun dari darah, serta membuangnya bersama air dalam bentuk urine atau air kencing.

Oleh karena itu, indikasi gangguan ginjal dapat dilihat dari penampakan urine yang dikeluarkan oleh tubuh.

Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Ginjal Hipertensi dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Ni Made Hustrini mengatakan, kondisi ginjal dapat ditilik dari volume dan warna air kencing.

Namun, volume air kencing yang terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak selalu menjadi patokan adanya gangguan ginjal.

"Berapa banyak jumlah kencing yang normal sangat tergantung aktivitas, cuaca, dan sebagainya," ujarnya dalam diskusi daring bertajuk Deteksi Dini Gangguan Ginjal pada Dewasa: Kenali dan Cegah, Selasa (12/3/2024).

Baca juga: 10 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai


Ciri air kencing tanda gangguan ginjal

Made mengatakan, masyarakat di negara tropis akan menghasilkan penguapan air yang cukup banyak melalui kulit (keringat), sehingga volume air kencing bisa relatif lebih sedikit.

Belum lagi jika diiringi aktivitas berat, olahraga, atau kurang minum, maka air kencing yang keluar dari tubuh pun menjadi lebih sedikit.

"Tapi normalnya ginjal bisa menghasilkan 1,5 sampai 2,5 liter air kencing setiap hari," kata dia.

Sementara itu, air kencing normal yang menandakan ginjal sehat umumnya berwarna jernih atau tidak terlalu pekat.

Sebaliknya, air kencing dengan warna sedikit pekat, seperti teh, mengindikasikan dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.

Semakin gelap warna air kencing, semakin kurang pula air minum yang seharusnya masuk ke dalam tubuh.

"Kita bisa melihat sendiri apakah tubuh kita terhidrasi dengan cukup atau tidak (melalui warna urine)," tutur Made.

Bukan hanya dehidrasi, warna urine pekat, terutama jika mirip cola, juga dapat menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal.

Gangguan ginjal dapat berimbas pada fungsinya dalam menyaring darah, sehingga darah berpotensi ikut lolos dan keluar bersama urine.

Hal tersebut pun berdampak pada kondisi urine lebih pekat, mirip cairan yang tercampur dengan darah dan zat-zat lainnya.

Baca juga: 5 Sayuran Penurun Kreatinin, Konsumsi untuk Cegah Masalah Ginjal

Perlu pemeriksaan kreatinin

Kendati demikian, menurut Made, ada atau tidaknya masalah ginjal perlu diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium.

"Kalau misal mau melihat dengan yakin apakah fungsi ginjal kita normal atau tidak, mau tidak mau harus diperiksa darahnya di lab," tutur Made.

Made menjelaskan, masyarakat akan menjalani pemeriksaan kreatinin, zat racun hasil metabolisme protein otot yang dapat menggambarkan fungsi ginjal.

Hasil pemeriksaan kreatinin kemudian dimasukkan dalam formula khusus untuk menghitung perkiraan persentase fungsi ginjalnya.

Nantinya, fungsi ginjal akan dituangkan dalam bentuk Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (EFLG) atau Estimated Glomerular Filtration Rate.

"Normalnya, dewasa muda itu 100-120 persen fungsi ginjalnya. Di atas 45 tahun akan turun sekitar 1 persen per tahun," papar dia.

"Jadi tidak bakal bisa 100 persen terus, akan menurun sesuai dengan usia. Tapi kalau penurunannya tidak sesuai usia, maka harus dipertanyakan," lanjut Made.

Baca juga: Tinggi Oksalat, Ini Daftar Buah Pantangan bagi Penderita Batu Ginjal

Faktor risiko gangguan ginjal

ilustrasi ginjal. faktor risiko gangguan ginjal.iStockphoto/Ivan-balvan ilustrasi ginjal. faktor risiko gangguan ginjal.

Di sisi lain, Made menyebut, sejumlah kondisi dapat menjadi faktor risiko terjadinya gangguan ginjal.

Beberapa faktor risiko masalah kesehatan pada organ ini, meliputi:

1. Keturunan

Made menjelaskan, orang dengan keluarga yang memiliki riwayat gangguan ginjal akan lebih mudah terkena masalah yang sama.

"Sekitar 16 persen pasien keluarganya menderita penyakit ginjal, termasuk kakek dan paman. Karena penyakit ginjal ada yang diturunkan secara genetik, misalnya batu ginjal," ujarnya.

2. Diabetes dan hipertensi

Diabetes dan hipertensi atau tekanan darah tinggi erat dikaitkan dengan gangguan pada ginjal.

Menurut Made, diabetes dapat menyebabkan hiperfiltrasi pada ginjal serta kerusakan ginjal dalam jangka panjang.

Demikian pula hipertensi, yang rawan terkena gangguan ginjal terutama jika jarang mengonsumsi obat dari dokter.

"Orang-orang dengan diabetes, hipertensi, dan keluarga penyakit ginjal perlu memeriksakan kondisi ginjalnya," tutur Made.

Baca juga: Bisa Picu Batu Ginjal, Ini Efek Konsumsi Kunyit yang Perlu Diwaspadai

3. Obesitas

Made mengungkapkan, obesitas atau kegemukan juga menjadi salah satu faktor risiko penyakit ginjal.

Di satu sisi, kegemukan dapat memicu diabetes, faktor risiko lain dari gangguan pada organ ginjal.

Namun, di sisi lain, terlalu banyak sel lemak dalam tubuh pun dapat menyebabkan kerusakan langsung pada ginjal.

4. Autoimun

Seseorang dengan kondisi autoimun, seperti penyakit lupus, lebih berisiko terkena gangguan ginjal daripada orang tanpa penyakit autoimun.

"Misalnya lupus atau mungkin keluarganya menderita lupus itu bisa menjadi faktor risiko gangguan ginjal," ungkap Made.

5. Sering minum obat dan vitamin

Faktor risiko gangguan ginjal selanjutnya, yakni sering mengonsumsi obat bebas dan suplemen vitamin.

"Hati-hati kalau obatnya termasuk dalam golongan nyeri atau NSAID, dia bisa mengganggu fungsi ginjal apalagi pemakaian dosis besar dan jangka panjang," kata Made.

Oleh karenanya, menurut Made, orang tanpa gangguan ginjal yang mengonsumsi obat bebas harus memperhatikan petunjuk pemakaian.

Sementara itu, jika sudah memiliki masalah ginjal, maka perlu berkonsultasi dengan dokter agar mendapat dosis yang sesuai.

"Obat-obatan umumnya semua dibuang ke ginjal, sehingga jika sudah ada gangguan ginjal kita harus memperhatikan apakah dosisnya dikurangi," ujar Made.

Ketentuan tersebut juga berlaku untuk suplemen kesehatan atau vitamin, yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan orang sehat.

"Tidak semua vitamin harus dipenuhi dengan suplemen. Dari makan juga sebenarnya cukup, kebutuhan tubuh kita tidak terlalu tinggi," kata Made.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com