Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Makan Daging Penyu, 9 Orang di Tanzania Dilaporkan Tewas

Kompas.com - 11/03/2024, 08:31 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebanyak sembilan orang yang terdiri dari delapan anak-anak dan satu dewasa meninggal dunia usai memakan daging penyu di Pulau Pemba, Zanzibar, Tanzania.

Dikutip dari The Guardian, seseorang dewasa yang meninggal pada Jumat (8/3/2024) adalah ibu dari salah satu anak yang meninggal sebelumnya.

Petugas medis distrik Mkoani, Zanzibar, Haji Bakari mengatakan, daging penyu tersebut dikonsumsi pada Selasa (5/3/2024).

Selain itu, 78 orang lain juga dibawa ke rumah sakit setelah mengonsumsi daging penyu tersebut.

Ini diketahui dari hasil tes laboratorium yang mengonfirmasi bahwa semua korban keracunan karena makan daging penyu.

Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Penyu dan Kura-kura

Pihak berwenang kemudian mengirimkan tim manajemen bencana untuk meminta masyarakat menghindari konsumsi penyu.

Diketahui, daging penyu dianggap sebagai makanan lezat oleh masyarakat Zanzibar, wilayah semi-otonom di Negara Tanzania, Afrika.

Meski begitu, konsumsinya secara rutin dapat menyebabkan kematian akibat chelonitoxism, sejenis keracunan makanan.

Insiden ini bukan pertama kalinya terjadi di Tanzania.

Pada November 2021, tujuh orang, termasuk seorang anak berusia 3 tahun, meninggal di Pemba setelah memakan daging penyu, sementara tiga lainnya dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Viral, Foto Hiu di Sea World Tidur, Bisakah? Ini Kata Ahli

Mengenal chelonitoxism

Dikutip dari Poison Control, chelonitoxism terjadi karena daging penyu mungkin terinfeksi oleh bakteri seperti jenis cyanobacteria.

Penyu yang terinfeksi ini tampak sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, namun bisa menyebabkan keracunan pada manusia meski sudah dimasak.

Gejala awal chelonitoxism pada manusia akan muncul dalam beberapa hari setelah mengonsumsi daging penyu.

Nantinya, gejala yang akan timbul berupa gatal dan nyeri di mulut, tenggorokan, muntah, dan sakit perut.

Bahkan dalam beberapa kasus, chelonitoxism bisa menyebabkan ulserasi (peradangab kronis) di mulut dan lidah.

Sejumlah orang juga berpotensi mengalami gangguan neurologis seperti kebingungan, kejang, atau koma. Pada kasus keracunan yang parah, kematian dapat terjadi.

Meski bisa selamat, seseorang yang pernah mengalami chelonitoxism dapat mengalami cacat permanan, termasuk kelumpuhan.

Baca juga: Viral, Video Ikan Disebut Hibernasi Berbulan-bulan Tanpa Air dan Masih Hidup, Ini Kata Pakar

Karena tanda dan gejala chelonitoxism mirip dengan jenis keracunan makanan lain seperti ciguatera, diagnosisnya mungkin sulit dilakukan.

Hingga saat ini, belum ada obat penawar untuk chelonitoxism, karena racun spesifik yang menyebabkan penyakit ini belum teridentifikasi dengan jelas.

Oleh karena itu, umumnya pengobatan yang dilakukan melibatkan perawatan simtomatik atau suportif dengan cairan infus, penggantian elektrolit, dan bantuan pernafasan.

Sayangnya, perawatan medis tingkat lanjut sering kali tidak tersedia.

Beberapa individu yang terkena chelonitoxism juga mungkin takut untuk mencari perawatan medis, karena bayang-bayang hukum akan konsumsi daging penyu secara ilegal.

Alasan-alasan ini mungkin bertanggung jawab atas angka kematian yang relatif tinggi yang tercatat dalam wabah chelonitoxism baru-baru ini.

Baca juga: 3 Jenis Ikan Paling Beracun, Tak Boleh Disantap Sembarangan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com