Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pohon yang Dibekukan Selama 66 Juta Tahun Ditanam di Lokasi Rahasia untuk Cegah Kepunahan

Kompas.com - 29/02/2024, 11:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan menanam sejumlah pohon yang disebut sebagai "fosil hidup" di beberapa lokasi rahasia dalam upaya mengembalikan spesies dari ambang kepunahan.

Meski demikian, upaya tersebut diperkirakan dapat memakan waktu berabad-abad hingga membuahkan hasil.

Tanaman yang mereka tanam adalah spesies pinus wollemi (Wollemia nobilis), yang diyakini telah menghilang sekitar 2 juta tahun yang lalu.

Pinus wollemi disebut sebagai "fosil hidup" karana pohon ini identik dengan sisa-sisa yang diawetkan yang berasal dari periode Cretaceous (145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu), dikutip dari Live Science (15/9/2023).

Fosil-fosil spesies yang berasal dari periode tersebut juga menunjukkan bahwa mereka hampir tidak berubah bentuknya sejak saat itu.

Namun pada 1994, para pejalan kaki di Blue Mountains Australia menemukan tegakan peninggalan tumbuhan runjung purba ini.

Baca juga: Misteri Pohon Pinus yang Membeku Selama 66 Juta Tahun Akhirnya Terpecahkan

Lokasi penanaman pohon Pinus Wollemi

Saat ini, hanya ada sekitar 60 pohon pinus wollemi yang tersisa di Taman Nasional Wollemi.

Meski begitu, keberadaan pinus wollemi juga terancam oleh Phytophthora cinnamomi, jamur air patogen yang menyebabkan kematian. Selain itu, pohon purba ini juga terancam oleh kebakaran hutan yang merajalela yang sesekali melanda wilayah New South Wales itu.

Sejak ditemukan kembali, pinus wollemi telah ditanam di kebun raya dan ruang pribadi di seluruh dunia.

Tim Pemulihan Pinus Wollemi, sebuah kemitraan antara ilmuwan pemerintah Australia dan ahli konservasi, telah memulai proses pengenalan kembali bibit ke tiga lokasi di Taman Nasional Wollemi.

"Lokasi-lokasi tersebut terdiri dari ngarai batu pasir dataran tinggi yang cukup dalam, sempit, dan curam untuk menyediakan tempat berlindung dari kebakaran hutan yang sering terjadi dan kekeringan," ujar para perwakilan dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Live Science, Rabu (28/2/2024).

"Tidak ada bukti infeksi spesies Phytophthora patogen di kedua lokasi ketika disurvei sebelum translokasi, dan ada kemungkinan kecil (tetapi tidak nol) kemungkinan kunjungan yang tidak sah karena keterpencilannya," sambungnya.

Baca juga: Ramai soal Pohon Beringin di Wonogiri Berdiri Lagi Saat Ditebang, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Upaya penanaman yang dilakukan untuk melestarikan

Setelah upaya transplantasi percontohan di 2012, tim pemulihan memulai proyek yang lebih intensif di 2019.

Lebih dari 400 anakan ditransplantasikan di dua lokasi dan karena kondisi kekeringan, tim kemudian mengangkut beberapa ribu galon air ke area tanaman untuk membantu mereka bertahan hidup.

Di tahun yang sama, sejumlah besar pohon hancur akibat kebakaran hutan. Hanya 58 anakan pohon yang berhasil bertahan hingga tahun 2023.

Pada 2021, 502 pohon Pinus Wollemi ditanam di lokasi tersebut untuk menggantikan pohon-pohon yang hilang akibat kebakaran.

"Kelangsungan hidup telah jauh melampaui ekspektasi, sebagian karena kondisi La Nina yang menguntungkan selama beberapa tahun setelah penambahan populasi pada tahun 2021," ujar para peneliti.

La Nina adalah pola iklim periodik yang menampilkan perairan yang lebih dingin dari rata-rata di pasifik ekuator tengah dan timur-tengah.

Peningkatan curah hujan akibat fenomena iklim ini menguntungkan transplantasi baru, namun hal itu tampaknya akan segera berakhir.

Tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat pada 2022 juga menyebabkan lebih banyak korban jiwa, tetapi lebih dari 80 persen selamat.

Baca juga: Video Viral Aksi Beri Cap Tersangka Penusukan Pohon pada Poster Caleg, Bagaimana Aturannya?

Alasan mengapa lokasi disembunyikan

Para ilmuwan mengatakan, akan ada lebih banyak lagi pohon pinus wollemi yang akan ditanam pada 2024.

Tim telah mengambil langkah-langkah ekstensif untuk mencegah masuknya Phytophthora ke lokasi.

Lokasi mereka disembunyikan dari publik dan bahkan tim reintroduksi membatasi waktu mereka di dekat tanaman.

Mereka berulang kali mendisinfeksi sepatu mereka untuk mengurangi kemungkinan mereka membawa jamur air. Bahkan beberapa spora saja dapat menyebabkan kematian bagi populasi yang baru lahir ini.

Para ilmuwan juga sengaja menempatkan beberapa pohon muda di area yang mungkin mengalami kebakaran hutan untuk membantu mengatasi kesenjangan pengetahuan terkait respons dan kemampuan mereka untuk mentoleransi api.

Meskipun populasi baru ini dipantau secara intensif, nasib spesies ini di alam liar masih jauh dari terjamin.

Pohon-pohon muda tumbuh kurang dari 0,4 inci (1 cm) per tahun, sehingga butuh waktu puluhan tahun untuk mencapai kematangan dan menghasilkan biji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com