Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Alaskapox, Virus Langka yang Catatkan Kematian Pertama di Dunia

Kompas.com - 21/02/2024, 18:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pria lanjut usia (lansia) meninggal dunia setelah mengidap cacar Alaska atau Alaskapox. Kematian ini menjadi yang pertama diketahui akibat virus langka ini.

Alaskapox adalah virus yang pertama kali diidentifikasi pada seorang wanita yang tinggal dekat Fairbanks, Alaska, Amerika Serikat (AS), pada 2015.

Virus ini bagian dari genus Orthopoxvirus, yang mencakup beberapa spesies virus penyebab penyakit lainnya, seperti cacar, cacar sapi, cacar kuda, cacar unta, dan mpox (cacar monyet).

Korban meninggal dunia pertama yang tinggal di Semenanjung Kenai, Alaska tersebut dirawat di rumah sakit pada November tahun lalu, dan meninggal dunia pada akhir Januari 2024.

"Ini kasus pertama infeksi cacar Alaska yang parah, mengakibatkan rawat inap dan kematian," kata Departemen Kesehatan Alaska, dikutip dari The Guardian, Rabu (14/2/2024).

Pria lansia dilaporkan menjalani pengobatan kanker dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang tertekan akibat konsumsi obat-obatan antikanker.

Kondisi itu yang mungkin berkontribusi terhadap tingkat keparahan penyakit cacar Alaska yang menyerangnya.

Lantas, apa saja gejala Alaskapox atau cacar Alaska?

Baca juga: Kronologi Kematian Pasien Cacar Monyet Pertama di Indonesia, Disebabkan Komorbid Berat


Gejala Alaskapox atau cacar Alaska

Kasus Alaskapox atau dikenal juga sebagai AKPV semula dilaporkan hanya sebanyak enam kasus sejak pertama kali ditemukan pada 2015.

Semua pasien diketahui tinggal di wilayah Fairbanks, lebih dari 483 kilometer dari Semenanjung Kenai, Alaska.

Semua infeksi juga dilaporkan ringan dan pulih bahkan tanpa memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terlepas dari kasus kematian pertama, pasien Alaskapox umumnya akan mengalami gejala penyakit ringan yang sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu.

Dikutip dari laman CNN, Selasa (13/2/2024), gejala Alaskapox atau cacar Alaska biasanya mencakup kemunculan satu atau lebih lesi kulit.

Lesi pada kulit tersebut semula akan terlihat seperti bekas gigitan serangga, ruam atau kemerahan disertai rasa gatal.

Gejala juga umumnya diiringi dengan pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot, serta demam.

Ahli epidemiologi dan Kepala Bagian Epidemiologi Alaska, Joe McLaughlin mengungkapkan, jika mengalami serangkaian gejala tetapi tidak menemukan penyebabnya, segeralah mendatangi layanan kesehatan.

"Anda harus segera menemui penyedia layanan kesehatan, dan mereka dapat melakukan penilaian tambahan dan beberapa pengujian," kata dia.

Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah berpotensi mengalami gejala Alaskapox yang jauh lebih parah.

Pria yang meninggal akibat Alaskapox misalnya, dilaporkan mengalami penyembuhan luka yang lambat, malnutrisi, gagal ginjal akut, serta gagal napas.

Oleh karena itu, orang-orang dengan sistem imunitas lebih rendah mungkin perlu mendapatkan perawatan antivirus dan imunoglobulin saat terinfeksi virus ini.

Baca juga: Gejala Cacar Monyet dan Kapan Seseorang Harus Menjalani Pemeriksaan?

Alaskapox menular dari hewan ke manusia

Kucing liar. Kasus kematian Alaskapox pertama di dunia kemungkinan ditularkan oleh cakaran kucing yang hidup bersama korban.Shutterstock Kucing liar. Kasus kematian Alaskapox pertama di dunia kemungkinan ditularkan oleh cakaran kucing yang hidup bersama korban.

Beberapa penyakit cacar akibat infeksi virus genus Orthopoxvirus dapat menular dari manusia ke manusia lain melalui kontak langsung dengan lesi kulit.

Namun, para ahli mengatakan, tidak ada bukti bahwa pengidap Alaskapox dapat menularkannya ke orang lain.

Virus ini kemungkinan zoonosis atau menular dari hewan ke manusia, meski otoritas kesehatan masih belum yakin sepenuhnya bagaimana penyebarannya.

Dugaan tersebut sedikit banyak terbukti dari para pengidap Alaskapox yang melakukan kontak dengan mamalia kecil atau lingkungan alami tempat tinggal hewan liar.

Virus serupa juga ditemukan pada beberapa spesies mamalia kecil di Fairbanks, termasuk tikus berpunggung merah dan hewan peliharaan.

"Orang-orang di Alaska harus menyadari bahwa ini adalah infeksi yang bisa menular (dari hewan) ke mereka," tutur McLaughlin.

Terlebih, kontak manusia dengan mamalia kecil dan hewan peliharaan sangat berperan dalam penyebaran virus penyebab cacar Alaska.

McLaughlin menyampaikan, pria lansia yang meninggal tinggal di kawasan hutan lebat dan merawat seekor kucing liar yang sering berburu mamalia kecil.

"Kucing liar itu kadang-kadang masuk ke dalam rumah, dan dia bermain dengan kucing itu, dan kucing itu sering mencakarnya," kata dia.

Departemen Kesehatan Alaska pun mengatakan, cakaran kucing mungkin menjadi sumber infeksi dalam kasus ini.

"Itu juga mengikuti pola virus Orthopoxvirus lama lainnya. Peristiwa traumatis biasanya menyebabkan infeksi dari hewan peliharaan ke manusia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com