Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi 20 Februari 1979, Saat Gas Beracun Kawah Sinila Dieng Tewaskan 149 Orang

Kompas.com - 20/02/2024, 06:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 45 tahun lalu, tepatnya 20 Februari 1979, tragedi gas beracun Kawah Sinila di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah menjadi salah satu bencana alam memprihatinkan dalam sejarah.

Kawah Sinila atau Telaga Sinila adalah sebuah kawah vulkanik aktif di kawasan Dieng, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Dieng memiliki setidaknya sepuluh kawah, yakni Sibanteng, Candradimuka, Sileri, Pagerkandang, Siglagah, Bitingan, Sikidang, Pakuwojo, Sinila, dan Timbang.

Dua kawah yang disebut terakhir, Sinila dan Timbang, merupakan kawah Dieng yang paling aktif mengeluarkan gas beracun.

Baca juga: Catatan Peristiwa Keracunan Gas Beracun di Dieng dari Tahun ke Tahun


Tragedi gas beracun Kawah Sinila Dieng 1979

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mencatat, tragedi gas beracun bermula pada Selasa (20/2/1979) pukul 01.55 WIB.

Kala itu, terdengar suara ledakan dari Kawah Sinila seiring dengan gempa bumi yang mengguncang Dieng dan sekitarnya.

Gempa tersebut mengagetkan warga sebab sebelumnya, temperatur kawah terpantau normal dan tidak ada tanda-tanda tremor atau getaran.

Harian Kompas, Kamis (22/2/1979) memberitakan, penduduk Desa Kepucukan dikejutkan dengan adanya serangkaian gempa pada Selasa malam.

Desa Kepucukan merupakan salah satu wilayah yang memiliki posisi paling dekat dengan kawah tersebut.

Pemerintah daerah tingkat I di Semarang mencatat, gempa mulai terjadi pada pukul 01.55 WIB yang membuat seluruh warga terbangun dan berlarian keluar rumah.

Namun, udara dini hari itu terasa sangat panas dan bau belerang yang tercium semakin menyulitkan untuk bernapas.

Tiba-tiba terdengar dentuman keras disertai kobaran api dari sebuah bukit yang tampak menyala di tengah kegelapan malam.

Rangkaian bencana malam itu juga diikuti hujan abu, sehingga warga mulai menyadari yang terjadi adalah sebuah letusan gunung berapi.

Baca juga: PLTP Geo Dipa Dieng Mengalami Kebocoran Gas, 1 Karyawan Tewas Puluhan Lainnya Keracunan

Gas beracun memenuhi udara Dieng

Rambu peringatan terpasang di sekitar Kawah Timbang di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.HANDOUT Rambu peringatan terpasang di sekitar Kawah Timbang di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Di sisi lain, warga yang berusaha lari menemukan fakta bahwa desa sudah terkepung oleh lahar.

Sebagian penduduk berhasil menyelamatkan diri melalui bukit-bukit yang lebih tinggi dan jalan-jalan setapak yang belum tertutup lahar.

Sayangnya, warga yang tidak dapat menyelamatkan diri tergeletak meninggal karena menghirup gas beracun.

Dini hari pada 45 tahun lalu, salah satu gas vulkanik beracun yang menyembur dari Kawah Sinila adalah karbondioksida (CO2).

Zat ini dapat tersimpan pada permukaan bumi yang lebih dangkal dan terlepas ke permukaan seiring dengan peningkatan kegempaan.

Gas karbondioksida tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar, bahkan dapat mematikan api.

Dengan berat jenis yang lebih tinggi dari udara, gas ini normalnya akan selalu berada di bagian bawah dari lapisan udara dan akan berkumpul pada elevasi (tingkat ketinggian) lebih rendah.

Namun, pada 20 Februari 1979, kandungan karbondioksida di Kawah Sinila tercatat mencapai angka 200.000 ppm (bagian per sejuta).

Di saat bersamaan, kandungan karbondioksida di Kawah Timbang sebanyak 10.000 ppm, sedangkan Sumur Jalatunda mencapai 520.000 ppm.

Padahal, konsentrasi maksimum karbondioksida yang tidak membahayakan adalah sebesar 5.000 ppm.

Baca juga: Kronologi Kebocoran Gas Beracun di PLTP Geo Dipa Dieng

149 korban meninggal dan satu desa hilang

Kondisi jenazah korban gas beracun pun berhamburan di jalanan dengan sebagian besar hancur saat dipegang.

Berdasarkan catatan BPBD Jawa Tengah, 149 orang meninggal dunia dan 15.000 jiwa warga dari enam desa terpaksa mengungsi.

Sementara itu, arsip Harian Kompas menyebut, jumlah korban tewas akibat letusan Kawah Sinila semula berjumlah 136 jiwa.

Korban gas beracun Dieng kemudian bertambah menjadi 149 orang dengan jumlah pengungsi tercatat 998 orang.

Gas beracun akibat letusan di Kawah Sinila pun diketahui masih terdeteksi hingga sebulan setelah peristiwa nahas ini.

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (23/8/2023), saat ini nama Desa Kepucukan tidak lagi dapat ditemukan dalam peta.

Desa Kepucukan dinyatakan tidak layak huni dan dihapus dari peta administratif Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Bukan hanya tak layak huni, warga setempat juga banyak yang telah direlokasi, baik di sekitar Kecamatan Batur maupun diikutkan dalam program transmigrasi.

Imbasnya, nama dan lokasi Desa Kepucukan hanya diingat oleh para korban selamat, saksi mata, serta warga setempat yang pernah mendengar tentang tragedi Kawah Sinila Dieng 1979.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com