"Kekurangan vitamin D mengurangi penyerapan kalsium dan dapat berkontribusi pada osteoporosis, yang mengakibatkan tulang rapuh yang rentan patah," ujarnya, dikutip dari Livestrong.
Terlebih, menurutnya, saat ini banyak orang menggunakan tabir surya untuk menghindari sinar matahari yang menjadi sumber produksi vitamin D oleh tubuh.
Di sisi lain, sangat sedikit makanan yang secara alami mengandung vitamin D. Oleh karena itu, kurang makan ikan akan berdampak buruk pada minimnya asupan vitamin D.
Baca juga: 5 Ikan untuk Diabetes, Baik Dikonsumsi Dua Kali Seminggu
Kekurangan vitamin D akibat jarang makan ikan juga dapat berdampak pada tubuh yang sering sakit atau terserang infeksi.
Dilansir dari Healthline, vitamin D berinteraksi langsung dengan sel-sel yang bertanggung jawab untuk mengatasi infeksi.
Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kekurangan vitamin D dan infeksi saluran pernafasan, seperti flu biasa, bronkitis, dan pneumonia.
Tinjauan pada 2020 turut menemukan, kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan beberapa penyakit akibat virus, seperti hepatitis, flu, Covid-9, dan AIDS.
Penelitian menunjukkan, rambut rontok mungkin dapat menjadi indikasi tubuh kekurangan vitamin D.
Secara khusus, penelitian mengaitkan kadar vitamin D yang rendah dengan alopecia areata, penyakit autoimun yang ditandai kerontokan rambut parah.
Studi lain pada 2015 terhadap 48 orang dengan kondisi ini menemukan, mengoleskan vitamin D sintetis secara topikal selama 12 minggu meningkatkan pertumbuhan rambut kembali.
Merujuk penelitian tersebut, kurangnya asupan vitamin D termasuk dari ikan mungkin berpotensi menimbulkan rambut rontok dan risiko kebotakan.
Guna mencegah hal ini, perlu setidaknya makan ikan dan berjemur di bawah sinar matahari untuk mendapatkan vitamin D.
Baca juga: Ikan Laut Vs Ikan Air Tawar, Mana yang Lebih Bergizi?
Ahli diet sekaligus founder Nutrition Squeezed, Anna Brown menyampaikan, tak makan ikan artinya mengurangi asupan omega 3.