Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Apa Itu Food Estate, Tujuan, dan Dampaknya untuk Lingkungan

Kompas.com - 29/01/2024, 20:30 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program lumbung pangan atau food estate adalah salah satu proyek yang dikembangkan pemerintah untuk ketahanan pangan. 

Pemerintah menargetkan sejumlah lokasi untuk program lumbung pangan ini, di antaranya di Papua, Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Kenali apa itu food estate, tujuan, dan dampaknya untuk lingkungan. 

Baca juga: Media Asing Soroti Hilirisasi Nikel dan Food Estate dalam Debat Keempat Pilpres 2024


Apa itu food estate?

Dikutip dari Buku Pintar Pengembangan Food Estate oleh Kementerian Pertanian, food estate adalah program usaha budidaya tanaman berskala luas, atau lebih dari 25 hektar dengan konsep pertanian modern. 

Konsep pertanian ini menggunakan sistem industrial berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), akses permodalan, dijalankan oleh organisasi, dan dikelola dengan manajemen modern.

Ada beberapa komoditas yang dikembangkan dalam program lumbung pangan ini, seperti padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sorgum, buah-buahan, sayur-sayuran, sagu, kelapa sawit, tebu, serta ternak sapi atau ayam.

Baca juga: Cak Imin Sebut Food Estate Gagal, Ini Kata Kementerian Pertanian

Apa tujuan food estate?

Ada beberapa tujuan pemerintah mengembangkan program food estate di sejumlah wilayah, di antaranya:

  • Untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan pangan nasional dan dunia
  • Laju alih fungsi lahan pertanian cukup tinggi, khususnya di beberapa wilayah  Jawa dan Bali
  • Untuk mengantisipasi aliran keluar devisa negara untuk pembiayaan impor beberapa komoditas pangan
  • Ketersediaan lahan potensial sebagai lahan cadangan pangan cukup luas, tapi dianggap belum tergarap secara optimal.

Baca juga: Saat PDI-P Kritik Program Food Estate Jokowi....

Apa dampak lingkungan food estate?

Guru Besar di bidang Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Prof Dr Muryani Dra Ec MSi MEMD menyebutkan, ada beberapa dampak lingkungan food estate.

Menurut Muryani, lumbung pangan atau food estate berisiko merusak lahan. Hal itu disebabkan program ini memerlukan pembukaan lahan secara besar-besaran.

Padahal, ketersediaan lahan besar-besaran ini kini banyak yang masih berupa hutan konservasi dan gambut. 

Apabila hutan konservasi dan gambut dialihfungsikan menjadi lahan lumbung pangan, fungsinya secara ekologis untuk penyerapan dan cadangan air, penyerap karbon, dan penjaga keberlangsungan keanekaragaman hayati bisa ikut hilang.

Selain itu, dampak lingkungan food estate ini secara tidak langsung juga potensial menghambat program pengurangan emisi gas rumah kaca.

Setelah menyimak apa itu food estate dan tujuannya, jangan lupa pertimbangkan dan antisipasi juga dampak lingkungan program lumbung pangan ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com