Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pegawai Resign karena Grup Chat Kantor 600, Perlu 3,5 Jam Keluar Grup

Kompas.com - 23/01/2024, 16:30 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang karyawan di China yang memilih resign atau keluar dari kantornya karena tekanan kerja, salah satunya karena kantornya memiliki 600 grup chat. 

Cerita karyawan yang resign karena kantornya memiliki 600 grup chat sempat viral pada Desember 2023.

Dikutip dari China Daily, wanita tersebut bernama Tang Ying, seorang desainer toko di sebuah perusahaan real estate di Beijing, China. 

Tang Ying merasa tidak bahagia selama menjalankan pekerjaannya itu karena terlalu banyak tekanan yang diberikan padanya.

Salah satu tekanan itu berasal dari banyaknya pesan dari sekitar 600 grup dalam aplikasi chat yang ia gunakan.

Tang Ying lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan kembali pulang ke kampungnya. 

Telah bekerja selama 4 tahun

Wanita berusia 33 tahun itu telah bekerja sebagai desainer toko di sebuah perusahaan real estate selama empat tahun dan memiliki lebih dari 600 grup chat kelompok kerja.

"Selama waktu kerja yang sibuk, dulu ada lebih dari 10 grup chat yang membicarakan pekerjaan secara bersamaan. Sampai saya harus membawa komputer untuk makan hot pot," kata Tang Ying. 

Menurut Tang, hal tersulit yang pernah dia temui adalah bertanggung jawab mendekorasi toko di 7-8 department store. Setiap department store memiliki ratusan toko, dan kelompok dibentuk untuk setiap toko.

Kebisingan yang terus-menerus di aplikasi obrolan juga membuat Tang Ying merasa ketakutan. Di sisi lain, dia tidak berani mematikan teleponnya atau berhenti memeriksa grup.

Dia takut akan melewatkan hal penting jika tidak melakukan hal tersebut.

Bahkan risiko terburuknya jika dia sampai melewatkannya adalah dapat mempengaruhi pembukaan toko baru.

“Bahkan aku terus memeriksa grup saat makan atau pergi bermain," kata Tang Ying.

Selain itu, dia juga selalu membawa laptopnya dan selalu memeriksa pesan grup. Banyaknya pesan di grup masih membuat Tang Ying selalu khawatir dan membuatnya merasa tertekan.

Butuh waktu sekitar seminggu sebelum dia benar-benar keluar dari pekerjaannya.

Baca juga: Anies dan Ganjar Sindir Jalan Rusak di Lampung, Tanggung Jawab Siapa?

Merasa seperti robot

Selama bekerja di perusahaan tersebut, Tang Ying diketahui mendapat gaji bulanan sekitar 20.000-30.000 Yuan atau sekitar Rp 40 juta per bulan.

Akan tetapi, besaran gaji itu tidak menjamin Tang merasa sejahtera dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang desainer.

Dikutip dari ECSN, Tang bertanggung jawab mengawasi desain interior sejumlah properti komersial dan mengelola beberapa pusat perbelanjaan. Banyaknya desain toko yang harus diawasi itu berdampak buruk pada kesehatannya.

Tidak berhenti di situ, Tang juga setiap hari dibombardir oleh banyaknya pesan dari lebih dari 600 grup kerjanya.

Tang mengatakan, ia merasa seperti robot karena tidak bisa memikirkan dirinya sendiri dan hanya terpaku pada pekerjaan dan grup kerjanya saja.

Biasanya, ketika ada pembukaan toko baru, akan dibuat sebuah grup kerja yang isinya adalah Tang sendiri, karyawan toko, karyawan manajemen properti, teknisi, pemilik toko, dan pekerja dekorasi.

Terlalu banyaknya beban kerja yang harus ditanggung, Tang yang merasa lelah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan kembali ke kampung halaman di Nanchong, provinsi Sichuan, China.

Ia juga keluar dari lebih dari 600 grup kerjanya tersebut. Prosesnya sendiri memakan waktu sekitar tiga setengah jam dari pukul 03.00 hingga 06.30 pagi.

Baca juga: Perusahaan China Hidupkan Orang Meninggal dengan AI, Tarif Puluhan Juta Rupiah

Menjalankan bisnis

Kabarnya, setelah kembali ke desanya, Tang memulai bisnis penjualan sosis buatannya sendiri dan daging yang diawetkan.

Dengan dukungan dari keluarganya, Tang berhasil mendirikan fasilitas pengolahan kecil di halaman belakang kediaman kakek dan neneknya.

Sementara itu, sang ayah membantu membangun rumah asap dengan menggunakan kayu dari pohon cedar lokal.

Tujuannya adalah agar bisa menciptakan merek untuk produk dagingnya yang diawetkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com