Peristiwa ini berkaitan dengan penculikan aktivis pro-demokrasi semasa Pemilu Legislatif Indonesia 1997 dan lengsernya Presiden Soeharto pada 1998. Tim Mawar bentukan Mayor Bambang Kristiono dikerahkan untuk menculik para aktivis pada 1997-1998.
Total, ada 22 aktivis ditangkap, dengan 13 orang di antaranya masih hilang sampai sekarang.
Kerusuhan terjadi di Jakarta pada 13-15 Mei 1998 dipicu krisis finansial Asia sejak 1997.
Kejadian ini menimbulkan aksi pembakaran, perusakan, serta penjarahan toko oleh massa. Sebanyak 499 orang tercatat meninggal dalam peristiwa ini. Lebih dari 4.000 gedung rusak dan merugikan negara sebesar Rp 2,5 triliun.
Baca juga: Masalah Agraria dan HAM, Mengapa Tak Terpisahkan?
Peristiwa Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998. Saat itu, empat mahasiswa Universitas Trisakti yang berdemo menentang pemerintahan Orde Baru meninggal tertembak.
Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendiawan Sie.
Sementara itu, Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, bermula dari aksi protes terhadap pelaksanaan Sidang Istimewa MPR di pemerintahan Presiden BJ Habibie. Kejadian ini mengakibatkan 17 warga sipil tewas dalam bentrokan dengan aparat.
Pada Tragedi Semanggi II, 24–28 September 1999, massa menuntut pencabutan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang kontroversial.
Dikutip dari Kompas.com (17/9/2022), tragedi pembunuhan massal ini menarget penduduk Banyuwangi yang dituduh sebagai dukun santet dan kalangan santri. Ini berawal dari data Bupati Banyuwangi Purnowo Sidik berisi nama terduga dukun santet yang bocor ke publik.
Menurut data pihak kepolisian, terdapat 85 korban meninggal, tiga orang luka berat, dan tujuh luka ringan. Namun, data lain menunjukkan sebanyak 157 orang meninggal.
Tragedi yang dikenal juga sebagai Insiden Dewantara atau Tragedi Krueng Geukueh ini terjadi pada 3 Mei 1999 di Kecamatan Dewantara, Aceh. Awalnya, ada warga yang mendapat kekerasan dari aparat TNI pada 30 April.
Namun, aparat TNI justru menembak penduduk yang memprotes insiden tersebut. Tragedi ini mengakibatkan 23 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.
Tragedi yang terjadi pada 13 Juni 2001 ini berawal dari protes warga ke perusahaan kayu PT VPP yang disebut mengingkari kesepakatan. Namun, perusahaan itu justru mendatangkan Brimob ke rumah warga di Wasior, Manokwari, Papua.
Dalam aksi ini, kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyerang dan menewaskan lima anggota Brimob dan karyawan perusahaan. Aksi itu dibalas tindak kekerasan pada warga. Tercatat empat orang meninggal, satu orang mengalami kekerasan seksual, lima orang hilang, dan 39 orang disiksa.
Peristiwa Wamena berawal saat sekelompok massa menyisir 25 kampung di Wamena Papua. Kelompok tak dikenal itu sebelumnya membobol Markas Kodim I 1702/Wamena dan menewaskan dua aparat.