Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu "Giant Sea Wall" yang Disebut Prabowo Lindungi Pulau Jawa?

Kompas.com - 14/01/2024, 16:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Istilah giant sea wall kembali muncul usai disebut-sebut oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.

Calon Presiden nomor urut 2 itu mendorong pembangunan giant sea wall perlu diwujudkan untuk mengatasi kenaikan permukaan laut dan abrasi di wilayah pantai utara (pantura).

Hal tersebut disampaikan Prabowo dalam sambutannya pada seminar nasional soal strategi perlindungan Pulau Jawa di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).

"Kita harus berkumpul, bersatu, segera kita percepat pembangunan giant sea wall ini untuk selamatkan bangsa Indonesia, terutama 50 juta rakyat kita yang hidup di pantai utara Jawa," ujar Prabowo, dikutip dari Kompas.com, Rabu.

Dia memperkirakan, giant sea wall butuh waktu sampai 40 tahun untuk selesai dibangun dan mulai berfungsi.

Prabowo juga memperkirakan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun giant sea wall tahap pertama mencapai Rp 164 triliun. Adapun keseluruhan biaya bisa mencapai 60 miliar dollar AS atau sekitar Rp 932,3 triliun.

Lalu, apa itu giant sea wall dan efeknya bagi masyarakat?

Baca juga: 7 Kota Dunia yang Hampir Tenggelam, Ada New York dan Jakarta


Mengenal giant sea wall

Giant sea wall atau tembok laut raksasa merupakan struktur yang dibangun di sepanjang pantai yang memisahkan lahan dan air.

Dikutip dari situs Bank Data Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, tembok atau tanggul ini dibangun terutama untuk mencegah erosi dan kerusakan akibat gelombang laut.

Dikutip dari Kompas TV (12/1/2024), tanggul tersebut dibangun untuk menangani banjir yang sering melanda DKI Jakarta karena posisinya berada di bawah permukaan air laut.

Tanggul ini juga dibangun untuk menampung air dengan jumlah cukup banyak sebagai sumber air bersih.

Ide pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi pulau muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di tahun 2010-an, seperti dilansir dari Kompas.com (15/10/2014).

Awalnya, giant sea wall akan dibangun pada 2020-2030 dengan tahap groundbreaking pada 2014. Pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer dimulai pada 2014 bernama projek Garuda Agung.

Bukan hanya untuk wilayah Jakarta, giant sea wall akan dibangun di semua pesisir Pulau Jawa, terutama di pantai utara.

Namun, diberitakan The Guardian (22/11/2016), sejumlah masalah mewarnai proyek ini termasuk lingkungan hidup, keuangan, dan hukum membuat proyek ini mandek.

Selain itu, pembangunan giant sea wall juga diwarnai kontroversi penggusuran massal desa-desa nelayan tradisional dan komunitas tepi laut. Sebagian besar rumah warga telah rata oleh tanah.

Baca juga: Ahli Sayangkan Hasil Investigasi Banjir Rob Pantura yang Berbeda-beda

Halaman:

Terkini Lainnya

Cara Memperkenalkan Bayi kepada Anjing Peliharaan

Cara Memperkenalkan Bayi kepada Anjing Peliharaan

Tren
5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

Tren
Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com