Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Ingin Impor Sapi India untuk Program Susu Gratis, Apakah Lebih Berkualitas dari Sapi Lokal?

Kompas.com - 09/01/2024, 08:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto berencana untuk mengimpor 1,5 juta sapi India untuk menjalankan program susu gratis.

Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta Pusat, Kamis (4/1/2024).

"Kita butuh untuk kasih susu ke anak-anak kita 82 juta anak. Kalau mereka minum 500 cc, kita butuh berarti sekitar 40 juta liter," ujarnya, diberitakan Kompas.com, Jumat (5/1/2024).

Nantinya, 1,5 juta sapi impor India ini diperkirakan akan menghasilkan anak dalam jangka waktu dua tahun. Jadi, akan ada 3 juta sapi untuk program ini.

Menurut Prabowo, pertimbangan mengimpor sapi India karena jaraknya lebih dekat daripada Brasil. Dengan demikian, harganya bisa lebih murah, dengan waktu pengiriman lebih singkat.

"Kalau dari India mungkin hanya 20 hari dan harganya saya kira memadai. India lebih banyak kita bisa impor," imbuhnya.

Lalu, apakah sapi India lebih baik dari sapi lokal?

Baca juga: Susu Sapi Vs Susu Kambing, Mana yang Lebih Sehat?


Kualitas susu sapi India

Ahli susu dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Epi Taufik mengatakan, tidak ada perbedaan antara kualitas susu dari sapi lokal maupun impor dari negara lain seperti Jepang.

"Jika kualitas itu dikaitkan dengan komposisi nutrisi atau gizi (susu), tidak berbeda nyata," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (6/1/2024).

Menurutnya, sapi jenis Friesian Holstein berwarna hitam-putih penghasil susu yang berasal dari Indonesia atau India sama-sama berasal dari Australia.

Karena itu, kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan mineralnya sama.

Baca juga: Menilik Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo-Gibran untuk Siswa...

Namun, dia tidak memungkiri bahwa kandungan bakteri dari sapi lokal maupun impor India menjadi hal yang perlu diperhatikan. 

"Kalau kualitas itu dari sisi kandungan bakteri saat susunya masih mentah atau segar, belum dipanaskan, pasteurisasi, atau UHT, maka susu segar di Indonesia juga tergantung dari  peternakannya," jelasnya.

Epi menjelaskan, nutrisi susu segar sebenarnya tergantung dari pakan sapinya. Jika kualitas pakan benar-benar buruk, kandungan protein dan lemaknya rendah.

Kondisi serupa juga bisa terjadi pada sapi yang diimpor dari Amerika atau Eropa yang dipelihara dengan buruk. 

Baca juga: Kelompok Orang yang Tidak Boleh Minum Susu Sapi, Siapa Saja?

Bakteri di susu India

Sapi banyak dijumpai berkeliaran bebas di jalan-jalan raya India.Daily Mail Sapi banyak dijumpai berkeliaran bebas di jalan-jalan raya India.
Epi menuturkan, susu segar yang masuk dalam negeri hanya boleh memiliki kandungan bakteri total sebanyak satu juta koloni bakteri (cfu) per mililiter susu, sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Di bawah itu (kandungan bakteri total) maka bagus. Semakin rendah, dapat bonus harga semakin baik," ujarnya.

Negara-negara lain bahkan ada yang menerapkan standar kandungan bakteri susu segar  maksimal hanya 100 ribu cfu/ml susu.

Sayangnya, dia menyebutkan bahwa susu dari peternakan rakyat memiliki kandungan bakteri total yang relatif masih tinggi. Kandungan bakteri ini juga akan memengaruhi harga jualnya.

Baca juga: Susu Sapi Disebut Paling Sehat, Pakar: Dibanding Sufor dan Susu Hewan, ASI yang Terbaik!

Sementara peternakan besar menghasilkan susu yang kandungan bakterinya lebih rendah berkisar 18.000 - 30.000 cfu/ml karena punya mesin perah modern.

"Kemungkinan di India sama dengan di Indonesia, tergantung peternakannya, peternakan modern atau rakyat," tegas dia.

Di sisi lain, Epi mengungkapkan kandungan bakteri di susu sebenarnya bisa menurun atau bahkan hilang saat diolah melalui proses pemanasan di pabrik. 

Karena itu, kata dia, susu dari sapi mana pun tidak akan menimbulkan masalah lagi saat dikonsumsi.

Baca juga: Ketahui, Ini Bahaya yang Mengintai Saat Minum Susu Mentah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com