Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Jepang M 7,6 Picu Retakan dan Kebakaran, 36.000 Rumah Alami Pemadaman Listrik

Kompas.com - 01/01/2024, 19:45 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bumi berkekuatan M 7,6 mengguncang Noto, Prefektur Ishikawa, Jepang, pada Senin (1/1/2024) sekitar pukul 16.10 waktu setempat.

Gempa Jepang tepat di awal tahun baru ini memicu peringatan tsunami setinggi lebih dari satu meter di Kota Wajima, Ishikawa.

Badan Meteorologi Jepang pun mengeluarkan peringatan tsunami di sepanjang wilayah pesisir barat prefektur Ishikawa, Niigata, serta Toyama.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida meminta warga di daerah yang terkena dampak gempa untuk segera mengungsi.

Menurutnya, warga daerah terdampak harus tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan. 

"Saya mendesak masyarakat di daerah yang diperkirakan akan terjadi tsunami untuk mengungsi sesegera mungkin," kata Kishida, seperti dilaporkan Reuters, Senin.

Baca juga: Gempa Jepang M 7,6 Picu Peringatan Tsunami Setinggi 5 Meter, Warga Diminta Evakuasi


Retakan terjadi di mana-mana

Gempa berkekuatan besar terjadi tepat di hari tahun baru, yang merupakan puncak libur musim dingin utama di Jepang.

Oleh karena itu, banyak keluarga dari kota besar seperti Tokyo dan Osaka yang mengunjungi kerabat di kampung halaman.

Seorang warga Tokyo yang mengunjungi kampung halamannya di Takaoka, tepat di sebelah selatan Semenanjung Noto mengaku khawatir dengan guncangan gempa yang terus terjadi.

"Lokasi kami tidak terlalu dekat dengan pantai, sehingga tsunami tidak perlu dikhawatirkan. Namun, gempa susulan terus datang dan mengguncang seluruh rumah, sungguh mengerikan," kata dia.

Retakan besar telah terjadi di jalan-jalan di Takaoka, serta kota tetangga, Toyama, dengan ban beberapa kendaraan tersangkut di antara celah retakan.

Kebakaran melanda Wajima

Lembaga penyiaran publik Jepang, NHK menayangkan sebuah rekaman dari Wajima yang berisi rumah-rumah runtuh dan rusak, serta retakan besar di jalan.

Meski daerah ini diguyur tsunami setinggi 1,2 meter, kerusakan diduga dipicu oleh gempa bumi M 7,6.

Di samping rumah dan jalan yang rusak, gempa berkekuatan besar yang melanda Jepang ini telah menyebabkan beberapa dampak merugikan lain, termasuk korban.

Enam orang dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan rumah di pusat gempa Semenanjung Noto. Namun, hingga saat ini, belum ada informasi mengenai kondisi mereka.

Kebakaran di Kota Wajima di semenanjung ini turut telah menghancurkan sedikitnya setengah lusin rumah warga.

Warga juga telah dievakuasi ke kantor polisi setempat, tetapi laporan menyatakan tidak ada persediaan darurat untuk para korban.

Menanggapi hal ini, Kepala Juru Bicara Pemerintah Yoshimasa Hayashi mengatakan, Pasukan Bela Diri Jepang sedang dipersiapkan untuk membantu penyelamatan dan bantuan di daerah terdampak.

Baca juga: Gempa Jepang M 7,3 Disebut Gempa Susulan dari Tahun 2011

36.000 rumah tanpa aliran listrik

Informasi mengenai tsunami Jepang di Ishikawa setinggi 1,2 meter, Senin (1/1/2024).Tangkapan layar NHK Jepang Informasi mengenai tsunami Jepang di Ishikawa setinggi 1,2 meter, Senin (1/1/2024).

Dikutip dari The Guardian, Senin, gempa susulan terus terjadi di lepas pantai Prefektur Ishikawa dan Niigata, dengan lebih dari 40 gempa dengan magnitudo 3,5 atau lebih antara pukul 16.06 hingga 19.05 waktu setempat.

Bahkan, pada pukul 18.08, gempa berkekuatan M 5,6 melanda pantai Semenanjung Noto, dekat pusat gempa terkuat pada pukul 16.10 lalu.

Rumah Sakit Kota Suzu di Ishikawa melaporkan banyaknya pasien terluka yang mulai berdatangan.

Namun demikian, masih belum ada laporan resmi terkait jumlah korban luka atau korban jiwa akibat gempa ini.

Pemindahan dan pengangkutan korban cedera mengalami hambatan karena jalan yang menjadi akses utama rusak.

Tak hanya itu, rumah sakit juga terpaksa menggunakan generatornya sendiri karena listrik padam di distrik sekitar.

Sebanyak 36.000 rumah tangga pun diperkirakan tidak mendapat aliran listrik, sedangkan suhu mulai turun hingga menjadi sekitar 1 derajat Celsius dalam semalam.

Tidak ada masalah pada pembangkit nuklir

Sementara itu, Otoritas Regulasi Nuklir Jepang (NRA) melaporkan, tidak ada masalah yang terdeteksi pada reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir.

Kendati demikian, tumpahan minyak dan kerusakan kecil lain telah dipastikan terjadi di beberapa pabrik.

NRA mengatakan, pihaknya akan terus memantau dan memberikan informasi terkini mengenai situasi di 22 reaktor di enam pembangkit listrik terdekat dengan lokasi gempa.

Menurutnya, dua reaktor yang saat ini beroperasi di wilayah tersebut, tepatnya di pabrik Shika, Ishikawa, tidak beroperasi pada saat gempa terjadi karena adanya pemeriksaan terjadwal.

Sebagian besar dari total 54 reaktor di Jepang pun telah dimatikan sejak bencana nuklir Fukushima pada Maret 2011, yang dipicu gempa bumi berkekuatan M 9,0 serta tsunami dahsyat.

Peringatan tsunami di Rusia dan Korea Selatan

Bukan hanya di Jepang, gempa hari ini turut memicu peringatan tsunami di Rusia dan Korea Selatan.

Masih dari The Guardian, pihak berwenang Rusia telah mengeluarkan peringatan tsunami untuk kawasan pantai barat Sakhalin.

Departemen darurat regional pun melakukan evakuasi terhadap warga sekitar sebagai antisipasi.

Di sisi lain, Korea Selatan telah mengeluarkan peringatan terkait kenaikan permukaan air laut.

Provinsi Gangwon bagian timur juga telah mendesak beberapa warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com