Sementara itu sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menjelaskan, istilah 'nepo baby' memang bernada negatif.
Menurut dia, 'nepo baby' berasal dari tulisan seorang pengamat yang merujuk pada anak-anak artis di dunia seni Hollywood.
Mereka disebut 'nepo baby' karena bisa langsung masuk ke film-film besar tanpa bekal kemampuan akting yang tinggi.
"Jadi 'nepo baby' itu adalah privilege yang diberikan orangtuanya, temannya menjadi jembatan bagi anak-anaknya untuk bisa masuk ke dalam panggung kelas yang atas," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa.
Drajat menyebut, orang-orang yang 'nepo baby' mendapatkan prestasi atau masuk dalam kelas yang tinggi bukan karena kemampuan profesional yang dia miliki.
Namun, karena orang itu memiliki hubungan baik dengan orang-orang di sekitar dia. Misal, orangtua, saudara, atau temannya.
Menurutnya, sistem nepotisme tersebut sudah ada sejak zaman dulu di berbagai bidang termasuk politik dan bisnis.
Meski tampak negatif, Drajat mengatakan ada yang menganggap orang 'nepo baby' lebih terpercaya dan lebih setia.
"Kalau orang-orang ini setia, maka perlindungan terhadap penguasa ekonomi atau politik akan tetap terjaga," tambahnya.
Baca juga: Prabowo Disebut Anies Tidak Tahan Jadi Oposisi, Apa Arti Oposisi?
Lebih lanjut, Drajat menyebut 'nepo baby' merupakan kebalikan dari 'meritokrasi'.
Meritokrasi adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasinya.
"Orang yang berprestasi dan bisa loncat ke atas karena kemampuannya begitu besar," lanjut dia.
Drajat mengakui saat ini ada banyak orang yang masuk kategori 'nepo baby'. Namun meski mendapatkan posisi atas karena nepotisme, hal tersebut didapatkan karena adanya usaha.
Orang tersebut, katanya, memang mendapatkan akses kelas atas dari orang terdekat. Ketika berada di posisi atas, orang itu tetap bersaing profesional menunjukkan dia pantas di sana.
"Apakah ada yang full 'nepo baby' atau full 'merit baby', kebanyakan saat ini adalah campuran," tambahnya.
Drajat menyebut orang yang 'nepo baby' juga perlu berusaha untuk ada di posisinya. Jika tidak, dia akan mendapatkan hukuman sosial yang lebih besar.
"Kalau 'nepo baby' bisa menunjukkan kemampuannya di kelas atas, orang juga akan memberi pengakuan," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.