Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Minta China Sampaikan Data soal Penumonia Misterius pada Anak-anak

Kompas.com - 24/11/2023, 11:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Pendapat ahli

Sejumlah ahli berpendapat, lonjakan kasus pnemonia misterius diperkirakan akibat adanya lockdown yang ketat pada tahun lalu, namun kini telah ada pelonggaran.

Mereka meyakini, wabah tersebut mungkin terkait dengan lonjakan Mycoplasma pneumoniae yang menyebabkan penyakit pernapasan pada anak-anak.

Gejala penyakit ini meliputi sakit tenggorokan, kelelahan, dan batuk yang memburuk secara perlahan yang bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

“Ini adalah gelombang pertama infeksi Mycoplasma pneumoniae sejak sebagian besar tindakan pengendalian Covid-19 dicabut pada awal tahun ini,” kata direktur pusat medis anak-anak di Pusat Medis Ketujuh Rumah Sakit Umum PLA Zhou Huixia dikutip dari Standard.

Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Institut Genetik University College London Francois Belloux yang menyebut China harus membayar 'hutang kekebalan' usai lockdown yang berkelanjangan.

"Tidak ada alasan untuk mencurigai patogen baru. Mycoplasma pnemumoniae mungkin sumber dari sebagian besar kasus, bakteri ini biasanya menyerang anak-anak yang secara umum tidak berbahaya," ujar Francois Belloux.

Sementara Profesor Kebijakan dan Penelitian Kesehatan Laith Abu Raddad menyebutkan, meskipun kehadiran patogen baru masih mungkin sebagai penyebab, ia meyakini wabah disebabkan oleh patogen yang sudah ada.

Patogen yang sudah ada mungkin baru bermutasi dengan karakteristik dan tingkat keparahan yang berubah.

“Kedua skenario tersebut akan menjadi perhatian global karena cepat atau lambat patogen akan melintasi batas negara terlepas dari tindakan pencegahan yang dilakukan,” katanya.

Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19 HV.1 dan JN.1 di Sejumlah Negara, Kenali Gejalanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com