Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kalimat yang Tidak Boleh Dikatakan ke Anak Menurut Ahli "Parenting"

Kompas.com - 16/11/2023, 08:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang ayah yang pulang ke rumah dari pekerjaannya dapat merasa lelah dan bisa jadi emosinya kurang baik.

Kondisi ini mungkin saja membuat ayah mengeluarkan kata-kata yang tidak tepat kepada anak-anaknya.

Padahal, kata-kata tersebut dapat menimbulkan dampak serius dalam perkembangan psikologis anak.

Oleh karena itu, sejumlah ahli parenting menyarankan agar ayah tidak mengatakan kalimat-kalimat yang kurang tepat kepada anaknya.

Lalu, kalimat apa yang tidak boleh dikatakan orangtua ke anaknya?

Baca juga: 7 Hal yang Diajarkan Orangtua kepada Anaknya yang Sukses, Apa Saja?


1. "Aku tidak punya waktu untukmu"

Penulis sekaligus ahli hubungan ayah dan anak, Ken Canfield, mengatakan, seorang ayah tidak boleh mengatakan dirinya tidak punya waktu untuk sang anak.

Anak-anak perlu tahu bahwa mereka adalah prioritas dalam kehidupan ayah mereka, dan bahwa ayah mereka akan menyediakan waktu untuk mereka, apa pun yang terjadi," ujar dia, dikutip dari situs proyek Dad Central.

Menurut Ken, kalimat tersebut menunjukkan kepada anak bahwa mereka tidak penting. Anak akan merasa tertolak dan menganggap harga diri mereka rendah.

2. "Jangan menangis seperti bayi"

Psikolog klinis dan pakar parenting, Laura Markham, mengatakan, tindakan menyuruh anak berhenti menangis dan bersikap tegar berdampak buruk baginya.

“Menangis adalah respons alami terhadap emosi, dan ketika ayah menyuruh anak mereka berhenti menangis, mereka mengatakan bahwa emosi mereka tidak wajar,” jelas dia.

Kalimat tersebut menyebabkan anak-anak terpaksa menekan emosi dan lama-kelamaan memengaruhi kesehatan mentalnya.

Baca juga: 5 Kalimat yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua kepada Anak, Apa Saja?

3. "Mengapa kamu tidak bisa menjadi seperti saudaramu?"

Pakar pernikahan dan keluarga, Josh Straub, menyatakan, kalimat yang berisi perbandingan anak dan saudaranya memicu timbul perasaan benci dan cemburu pada anak.

“Setiap anak itu unik, dan ketika ayah membandingkan mereka dengan saudara kandungnya, hal itu memberikan pesan bahwa mereka tidak cukup baik,” ujarnya.

Kalimat ini dapat merusak harga diri anak dan membuat mereka tidak merasa dicintai.

4. "Aku kecewa padamu"

IlustrasiTHINKSTOCKPHOTOS.COM Ilustrasi
Dokter anak, William Sears, mengatakan, ayah yang menyatakan kekecewaan pada anaknya akan merusak harga diri buah hatinya.

“Anak-anak perlu tahu bahwa mereka dicintai tanpa syarat, dan ketika ayah mengatakan bahwa mereka kecewa, hal itu mengirimkan pesan bahwa cinta mereka bergantung pada perilaku anak,” jelasnya.

Kalimat kekecewaan itu menimbulkan anak merasa bersalah dan malu sehingga sisi emosional mereka terancam bermasalah.

Baca juga: Hati-hati Para Orangtua, 5 Kalimat Ini Bisa Runtuhkan Dunia Anak-anak

5. "Lakukan seperti apa yang saya katakan"

Ken Canfield mengatakan, ayah yang menyuruh anaknya melakukan sesuai yang diperintahkan tapi tidak memberikan contoh yang sesuai dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan.

“Anak-anak belajar melalui teladan, dan ketika ayah mengatakan satu hal dan melakukan hal lain, hal itu memberikan pesan bahwa kata-kata mereka tidak dapat dipercaya,” tegas dia.

Tindakan ini dapat menyebabkan anak tidak menanggapi nasihat ayahnya dengan serius dan bahkan menimbulkan rasa hormatnya berkurang.

6. "Kamu bersikap seperti ibumu"

Terapis anak dan konsultan, Crystal Rice, mengatakan, kalimat yang menyamakan anak dengan sang ibu dalam konteks negatif justru merendahkan keduanya.

Dilansir dari Best Life Online, kalimat ini membuat anak terpaksa memihak atau berusaha menyenangkan salah satu orangtuanya.

7. "Ayah melakukan segalanya untukmu"

Terapis sekaligus penulis Brad M Reedy mengatakan, kalimat yang menunjukkan ayah melakukan segalanya untuk sang anak justru berdampak buruk.

Meski ayah memang bekerja demi keluarga, kalimat ini menunjukkan dia pamrih dan tidak penuh kasih sayang kepada anaknya.

Akibatnya, anak-anak yang mendengar justru membuat mereka merasa tidak bersyukur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com