Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Membedakan File PDF Asli dan Palsu yang Berujung Kuras Saldo Rekening

Kompas.com - 20/10/2023, 15:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang memperlihatkan undangan pernikahan dengan keterangan "APK SCAM.pdf", viral di media sosial.

Unggahan tersebut dibuat oleh akun X (dulu Twitter) @tanyarlfes, Kamis (19/10/2023) petang.

Tampak dalam tangkapan layar percakapan WhatsApp yang diunggah, pengirim melampirkan file PDF bernama "APK SCAM.pdf".

Namun, penjawab justru mengatakan bahwa file tersebut bukanlah APK scam, melainkan benar-benar PDF.

"Jangan nipu mas ini bukan apk scam," tulis pesan tersebut.

Sebelumnya, penipuan dengan modus mengirimkan file berformat PDF memang sempat menghantui masyarakat Indonesia.

Biasanya, penipuan ini menggunakan kedok undangan pernikahan dengan nama "Undangan Pernikahan.pdf", padahal di dalamnya berisi file APK.

Hingga Jumat (20/10/2023) pagi, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 609.000 kali, disukai 14.000 pengguna, serta diunggah ulang oleh lebih dari 800 warganet X.

Lantas, bagaimana cara membedakan file PDF asli dan palsu?

Baca juga: Kembali Muncul Modus Penipuan Undangan Pernikahan, Kali Ini Format PDF


Cara membedakan PDF asli dan palsu

Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan, jika ekstensi atau penanda di akhir berkas tertulis ".pdf", dipastikan file tersebut merupakan PDF asli.

"Kalau ekstensinya '.apk' itu APK. Jadi dibedakan dari ekstensinya," ujar Alfons saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/10/2023).

Sebagai informasi, file APK atau Android Package Kit adalah sebuah format berkas yang digunakan untuk menginstal perangkat lunak atau aplikasi pada Android.

Sementara itu, Portable Document Format atau PDF adalah format berkas yang menampilkan dokumen dua dimensi.

Namun demikian, Alfons melanjutkan, bisa saja penipu mengganti nama file APK dengan ekstensi .pdf, sehingga tampilan dokumen sangat mirip PDF asli.

Sayangnya, meski telah sengaja diganti, ponsel Android masih akan membuka atau menjalankan berkas menggunakan perangkat pembaca PDF.

Oleh karena itu, saat diklik pun, file APK tersebut tidak akan dapat terinstal maupun dijalankan pada perangkat ponsel.

"Jadi tidak ada manfaatnya bagi penipu me-rename (ganti nama) .apk menjadi .pdf. Sekalipun korban mengeklik file tersebut, tidak akan jalan karena harusnya dijalankan oleh installer APK," paparnya.

Baca juga: Muncul Lagi Modus Penipuan Button View WhatsApp, Ini Kata Pakar

Alfons melanjutkan, WhatsApp biasanya akan melakukan verifikasi ekstensi sebelum menjalankan berkas.

Jika dokumen merupakan file APK dengan akhiran .pdf, umumnya akan muncul pemberitahuan berupa:

  • "This document might contain unsafe content. Make sure you trust the sender before you open it." Dalam bahasa Indonesia berarti, "Dokumen ini mungkin berisi konten yang tidak aman. Pastikan Anda mempercayai pengirim sebelum membukanya."
  • "We can't show the file because it's corrupted." Atau berarti, "Kami tidak dapat menampilkan file karena rusak."

Lain lagi saat berkas APK dengan ekstensi .apk diklik oleh pengguna Android. Menurut Alfons, berkas akan secara otomatis dijalankan, sehingga dapat membahayakan pengguna.

"Karena itu harus teliti sebelum mengeklik," imbaunya.

Dia turut menyarankan masyarakat untuk menonaktifkan semua izin instal aplikasi dari luar toko resmi seperti Google Play Store.

Cara menonaktifkan tersebut, antara lain:

  • Buka "Setting" atau "Pengaturan" masing-masing ponsel.
  • Pilih "Install Unknown Apps" atau "Instal Aplikasi yang Tidak Dikenal".
  • Jangan centang atau batalkan centang aplikasi untuk menolak izin pemasangan aplikasi dari sumber tidak diketahui.

"Sehingga jika tidak sengaja klik masih ada pop up peringatan bahwa akan instal aplikasi dari luar Play Store," tambahnya.

Baca juga: Penipuan Modus Surat Tilang yang Kirim File APK via WhatsApp, Kenali Cara Kerja dan Bahayanya!

Modus penipuan kirim berkas via WhatsApp

Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (3/6/2023), Alfons mengatakan, semua penipuan dengan modus mengirimkan berkas melalui WhatsApp bertujuan agar korban menjalankan tautan yang dikirim.

Saat dijalankan, aplikasi tersebut kemudian akan mencuri SMS yang masuk ke dalam ponsel korban.

"SMS yang masuk dicuri dan diteruskan ke akun Telegram penipu secara otomatis. Aplikasi aslinya bernama 'SMS to Telegram'," kata dia.

Baca juga: Cara Melaporkan Nomor Telepon yang Terindikasi Penipuan secara Online

Alfons menjelaskan, saat APK berbahaya ini dijalankan, sebenarnya akan muncul beberapa peringatan.

Jika peringatan tersebut diabaikan, maka akan muncul peringatan lain saat memberikan akses SMS kepada aplikasi yang akan diinstal.

Bukan hanya SMS, korban juga akan menerima peringatan untuk memberikan akses data dokumen serta foto perangkat kepada aplikasi berbahaya.

Namun, kemungkinan korban tidak terbiasa memperhatikan peringatan tersebut dan dengan mudah memberikan persetujuan atau "Allow" tanpa membaca maupun mengerti akibatnya.

"Aplikasi yang berhasil terinstal akan menjalankan aksinya untuk mencuri saldo korban," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com