Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengonsumsi Obat Tidur dalam Jangka Panjang, Apa Risikonya?

Kompas.com - 13/10/2023, 11:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Obat tidur terkadang menjadi solusi terakhir bagi beberapa orang yang mengalami gangguan tidur akibat stres, depresi, atau sedang mengidap penyakit tertentu.

Hal ini lantaran obat tidur mengandung penenang yang bisa mengatasi insomnia, tidur gelisah, atau sulit tidur.

Dilansir dari Medpark Hospital, penggunaan obat tidur dalam jangka pendek diperbolehkan, namun obat ini sebaiknya tidak digunakan terus-menerus dalam jangka waktu lama untuk menghindari efek samping penggunaan jangka panjang yang dapat berdampak buruk pada kesehatan.

“Obat tidur hanya solusi sementara. Ini adalah jembatan yang dapat membantu mematahkan pola dan membantu orang kembali ke jalur yang benar,” kata seorang psikolog klinis berlisensi yang berbasis di Connecticut yang berspesialisasi dalam pengobatan tidur, John Cline.

Lantas, apa saja risiko dan efek samping jangka panjang akibat konsumsi obat tidur?

Baca juga: Efek Samping Obat Asam Lambung Omeprazole, Ada Mual dan Masalah Ginjal


Risiko penggunaan obat tidur

Ilustrasi orang yang sulit tidur.Pexels/Polina Kovaleva Ilustrasi orang yang sulit tidur.
1. Tubuh dapat dengan cepat membangun toleransi

Dilansir dari Everydayhealth (5/9/2023), staf dokter di Cleveland Clinic Sleep Disorders Center, Preeti Devnani mengatakan, ketika Anda meminum obat tidur yang diresepkan dalam jangka waktu yang lama, maka tubuh Anda akan terbiasa dengan obat tersebut.

Akhirnya, Anda memerlukan dosis yang semakin tinggi untuk mendapatkan efek pemicu tidur yang sama.

“Obat tidur sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang. Obat-obatan tersebut harus diminum 'sesuai kebutuhan' dan, jika mungkin, tidak dijadwalkan setiap malam,” kata Devnani.

Cline mengatakan, seseorang tidak boleh meminum obat tidur dalam jangka waktu paling lama, yaitu lebih dari dua minggu. Ini dimaksudkan untuk membantu tubuh memulihkan pola tidur normal. 

Baca juga: Benarkah Tidak Boleh Tidur Pakai Kipas Angin Saat Cuaca Panas?

2. Kesulitan untuk berhenti

Ada alasan bagus mengapa dokter tidak meresepkan obat tidur selama lebih dari dua minggu. Ini lantaran, penggunaan obat tidur dapat menyebabkan ketergantungan bagi mereka yang terlalu sering mengonsumsinya.

Klein mengatakan, bila seseorang terlalu bergantung pada obat tidur, mereka mungkin harus berkonsultasi dengan dokter untuk menguranginya secara perlahan atau mungkin juga mengurangi dosis sebanyak 15-25 persen.

Devnani mencatat bahwa orang yang tiba-tiba berhenti minum obat tidur setelah rutin meminumnya akan mengalami gejala putus obat. Hal ini dapat mencakup kegelisahan, kecemasan, menggigil, dan mual.

Baca juga: 6 Pilihan Teh Herbal Terbaik untuk Membantu Tidur Nyenyak, Apa Saja?

3. Menyebabkan pernapasan terganggu

Saat mengonsumsi obat tidur, penting bagi Anda untuk tidak mencampurkan atau meminumnya bersamaan dengan obat lain, ini termasuk antihistamin, antidepresan, dan obat anticemas yang mungkin memiliki efek menenangkan.

Selain obat, larangan ini juga berlaku pada alkohol.

“Menggabungkan dua atau lebih obat yang menekan sistem saraf pusat dapat menyebabkan lambatnya pernapasan dan bahkan kematian,” terang Devnani.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com