Menurut Parliamentary Research Branch, kabut asap mengandung zat-zat berbahaya, seperti ozon (O3), sulfur oksida (SO2), karbon monoksida (CO), dan nitrogen dioksida (NO2).
Nitrogen dioksida terbukti memperburuk kondisi asma dan pernapasan.
Selain itu, nitrogen dioksida, bersama dengan nitrogen oksida lainnya dapat berinteraksi dengan sinar ultraviolet matahari.
Kemudian kategori gas yang dikenal sebagai senyawa organik menguap untuk menghasilkan polutan sekunder, seperti ozon di permukaan tanah, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti peradangan dan kerusakan pada saluran udara.
Evolusi polutan ini juga memperumit masalah dalam memahami cara membendung gelombang tersebut.
Sementara itu, Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington di Seattle, AS juga mencatat, polusi udara adalah penyebab kematian nomor empat, setelah tekanan darah sistolik yang tinggi, kebiasaan merokok, dan risiko pola makan.
Menurut WHO, polusi udara dalam ruangan dikaitkan dengan 3,2 juta kematian per tahun.
Sebagian besar terjadi di wilayah seperti Afrika Sub-Sahara, beberapa negara Asia Tenggara, dan Rusia.
Adapun polusi udara di luar ruangan dikaitkan dengan 4,2 juta kematian dini di seluruh dunia, menurut WHO.
Tahun lalu, Bank Dunia memperkirakan kerugian global akibat kerusakan kesehatan yang terkait dengan polusi udara mencapai 8,1 triliun dollar Amerika Serikat, atau sekitar 6,1 persen dari produk domestik bruto global.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.