Pihak kampus pun mengaku tidak menduga jika sejumlah mahasiswa akan melakukan aksi penolakan itu.
"Secara lembaga kami tidak ada menolak kedatangan gubernur ke UIN Bukittinggi, waktu itu kami tidak menduga, kami tak menyangka akan ada aksi ini," kata Hendra, dikutip dari Tribun News.
Menurutnya, pihak kampus merasa malu atas insiden penolakan itu.
"Kami merasa ini aib bagi kami, kami sangat malu. Kami tidak menduga ini akan terjadi. Memang kami dari UIN Bukittinggi merasa kecolongan, ujarnya.
Baca juga: Pemprov Sumbar Usulkan 3 Nama Pj Wali Kota Sawahlunto ke Kemendagri
Menanggapi aksi penolakan itu, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provisi Sumbar Mursalim menampik kabar yang menyebut bahwa Mehyaldi diusir dari kampus.
Menurutnya, informasi yang menyebut Mahyeldi diusir dari UIN Bukittinggi tidak benar.
"Tidak ada gubernur diusir, itu keliru. Saat itu memang ada insiden, kami hanya melihat tapi kami tidak mengetahui apa yang menjadi permasalahan utamanya," ujar Mursalim, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (23/8/2023).
Pihaknya beralasan, tidak mendengar dan mengetahui apa yang disuarakan mahasiswa pada saat kejadian.
"Karena memang apa yang mereka suarakan tidak begitu jelas terdengar, saat itu suasana begitu riuh," lanjutnya.
Menurutnya, Mehyaldi juga sempat shalat Ashar dan bertemu dengan rektor UIN Bukittinggi.
Mursalim menyayangkan adanya insiden itu. Menurut dia, kampus merupakan tempat untuk mengasah pikiran dan gagasan, sehingga insiden serupa semestinya tidak terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.