Terkait mahasiswa non-muslim yang berkuliah di Universitas Muhammadiyah, Bambang mengungkapkan bahwa mereka tetap mendapatkan mata kuliah agama.
"Benar, semua (mahasiswa) dapat sesuai agama masing-masing (dengan) total 8 SKS," lanjutnya.
Ia menjelaskan, kampus yang ditempati oleh banyak mahasiswa non-muslim akan mendapatkan guru sesuai agamanya.
Ini seperti di Universitas Muhammadiyah Papua dan Universitas Muhammadiyah Kupang yang mayoritas diisi mahasiswa non-muslim.
"Kalo sedikit, (mahasiswa non-muslim) diminta mengikuti dan memperoleh kelulusan dari gereja atau vihara (tempat ibadah sesuai agamanya)," tambah Bambang.
Nantinya, pihak gereja atau tempat ibadah mahasiswa non-muslim tersebut yang akan memberikan hasil kelulusan kuliahnya kepada kampus.
Materi dan pembelajaran yang diadakan juga tergantung dari standar agama masing-masing sesuai arahan rumah ibadah tersebut.
Sementara itu, para mahasiswa non-muslim tetap mendapat mata kuliah khusus Kemuhammadiyahan.
"Untuk Kemuhammadiyahan, diberikan semacam sosiologi agama. Kalau Kemuhammadiyahan soal sejarah dan gerakan sosial Muhammadiyah," lanjutnya.
Sebagai salah satu mata kuliah penciri yang hanya ada di perguruan tinggi Muhammadiyah, Kemuhammadiyahan akan mengajarkan mahasiswa mengenai organisasi Muhammadiyah, perannya bagi bangsa dan negara, serta penerapan nilai dan ajaran Islam berdasarkan pemahaman Muhammadiyah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.