Tugas-tugas itu meliputi penulisan jurnal ilmiah dan membuat penelitian.
Kondisi ini pun membuat para dokter residen tidak menerima hak yang semestinya untuk belajar.
"Akibatnya kasihan juniornya. Dia harusnya belajar untuk memperdalam spesialisasi yang diinginkan," ujarnya.
"Kemudian suruh ngerjain sebagai asisten pribadi buat tugas untuk seniornya, yang tidak ada hubungannya dengan spesialisasinya," lanjutnya.
Baca juga: Benarkah Labu Kuning Bisa untuk Mengobati Diare pada Kucing? Ini Penjelasan Dokter Hewan
Jenis perundungan lainnya yang pernah diungkap Budi adalah dokter residen diminta membelikan makanan dokter senior.
Padahal, makanan tersebut sebenarnya telah disediakan oleh rumah sakit.
"Praktik suka sampai malam, sama rumah sakit dikasih makan malam. Makan malamnya enggak enak, kita maunya makanan Jepang," jelas dia.
"Jadi tiap malam mesti keluarkan Rp 5 juta-Rp 10 juta untuk seluruhnya kasih makan-makanan Jepang," sambungnya.
Selain itu, dokter residen juga beberapa kali diminta untuk menyewakan lapangan dan perlengkapan olahraga oleh dokter senior.
Baca juga: Benarkah Sering Merasa Haus Jadi Pertanda Diabetes? Ini Kata Dokter
(Sumber: Kompas.com/Fika Nurul Ulya | Editor: Icha Rastika, Bagus Santosa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.