Diberitakan Kompas.com Kamis (19/4/2023), masyarakat perlu menggunakan alat bantu untuk menyaksikan gerhana Matahari.
Sebab, jika dilihat secara langsung bisa menimbulkan kerusakan pada mata.
Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, gerhana Matahari bukan penanda masuknya awal bulan Syawal.
"Melainkan hanya penanda masuknya fase bulan baru atau konjungsi," ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/4/2023).
Sebelumnya, unggahan bernarasi gerhana Matahari merupakan tanda bahwa bulan Ramadhan telah habis dan akan memasuki bulan Syawal ramai di media sosial.
Baca juga: Satelit NASA Akan Jatuh Saat Gerhana Matahari Hari Ini, Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Diberitakan Kompas.com Minggu (16/4/2023), selama gerhana Matahari total, akan ada sejumlah dampak yang terjadi, di antaranya langit akan terlihat gelap.
"Langit menjadi gelap, dan karena langit gelap inilah maka bintang maupun planet yang selama siang tak terlihat karena intensitas Matahari lebih besar dibanding bintang atau planet, maka (saat gerhana) bintang atau planet akan terlihat," kata Andi Pangerang.
Dampak selanjutnya, menurut dia, yakni akan terjadi penurunan suhu antara 4-6 derajat celsius saat terjadi gerhana.
"Hanya saat gerhana (penurunan suhu) setelah gerhana suhu kembali meningkat," paparnya.
(Sumber: Kompas.com/Nur Rohmi Aida, Aditya Priyatna Darmawan | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Farid Firdaus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.