Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Ibnu Sutowo yang Sempat Kuasai Lahan di GBK dan Hotel Sultan?

Kompas.com - 05/03/2023, 12:42 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah akhirnya mengambilalih pengelolaan Hotel Sultan dari perusahaan Ponco Sutowo, PT Indobuildco pada Jumat (3/3/2023).

Ponco Sutowo adalah putra Ibnu Sutowo, tokoh militer yang pernah menjabat Direktur Utama Pertamina di era Orde Baru.

Penguasaan keluarga Ibnu Sutowo atas sebagian lahan di Senayan, lokasi Hotel Sultan, telah jadi polemik sejak lama. Hal ini karena kawasan di sekitar Gelora Bung Karno (GBK) itu berstatus lahan milik negara, tetapi selama puluhan tahun dikuasai keluarga mertua artis Dian Sastro ini.

Selain itu, perusahaan keluarga Ibnu Sutowo juga disebut-sebut selama 16 tahun tidak membayar royalti atas pengelolaan Hotel Sultan kepada negara.

Lantas, siapa Ibnu Sutowo, sehingga mampu menguasai lahan milik negara termasuk lahan di sekitar GBK?

Baca juga: Bakal Ambil Hotel Sultan, Pemerintah Sebut Perusahaan Pontjo Sutowo Tak Bayar Royalti 16 Tahun

Ilustrasi logo Pertamina.SHUTTERSTOCK/Joachim Affeldt Ilustrasi logo Pertamina.

Profil Ibnu Sutowo

Ibnu Sutowo disebut-sebut keturunan ke-13 Sultan Pajang yang lahir pada 1914 di Grobogan, Jawa Tengah.

Dikutip dari Harian Kompas, 13 Januari 2001, Ibnu Sutowo pernah belajar di Nederlandsc Indiche Artsen School (NIAS) Surabaya 1940. Sementara karier awalnya dimulai sebagai dokter pemberantasan malaria di Palembang.

Ia kemudian bergabung ke dalam militer dan menjabat sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara VIII/Garuda di Sumatera Selatan saat perang kemerdekaan.

Dalam perjalanannya di dunia militer, Ibnu Sutowo digambarkan sebagai sosok perwira serba tangguh dan trengginas.

Ia pernah memimpin Operasi Sadar untuk melenyapkan pemberontakan PRRI di Sulamatera Selatan.

Baca juga: Profil Ibnu Sutowo, Direktur Pertama Pertamina, Kakek Mertua Dian Sastro

Direktur Pertamina

Di luar karier militernya, nama Ibnu Sutowo juga lekat dengan industri minyak di Indonesia.

Kebijakan dwifungsi ABRI menempatkan namanya sebagai direktur perusahaan minyak nasional, PT Permina yang merupakan cikal bakal Pertamina pada 1957.

Ibnu Sutow mendapat penunjukan langsung dari Presiden Soeharto selaku pendiri perusahaan minyak negara. 

Sejak saat itu, Ibnu Sutowo mulai menjalani tugas ganda, yakni sebagai perwira militer aktif dan mengelola perusahaan minyak milik negara.

Di tangan Ibnu Sutowo, Pertamina berkembang menjadi perusahaan minyak raksasa global.

Keberhasilan ini membuat kariernya melejit, hingga beberapa kali diangkat sebagai menteri di bawah pemerintahan Soeharto.

Menteri Pertambangan 1973-1978 Moh Sadli menceritkan, konsep production sharing dalam industri minyak Indonesia bisa berjalan mulus karena faktor kepemimpinan Ibnu Sutowo.

Apalagi hal ini ditopang melonjaknya harga minyak dunia sebesar 400 persen pada 1973.

Sayangnya, bidang yang diharapkan mampu menopang perekonomian negara ini justru menjadi sumber kebocoran.

Baca juga: Bisnis dan Kekayaan Adiguna Sutowo, Mertua Dian Sastrowardoyo

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com