Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Makin Sadar Tidak Tahu Apa-apa

Kompas.com - 25/02/2023, 10:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK mulai bisa membaca, saya gemar membaca buku mulai dari ensiklopedia sampai komik. Semula saya cukup takabur untuk merasa yakin bahwa dengan banyak membaca saya makin banyak tahu tentang beranekaragam hal di jagat gede dan jagat cilik ini.

Ternyata saya keliru. Makin banyak membaca ternyata saya makin sadar bahwa sebenarnya saya tidak tahu apa-apa tentang apa saja yang terjadi apalagi yang tidak terjadi di alam semesta tak terhingga kompleks ini.

Misalnya, setelah membaca majalah National Geographic Indonesia edisi September 2022, saya baru sadar bahwa ternyata saya tidak tahu-menahu bahwa ada makhluk mikroskopis tidak kasat mata yang hanya bisa diindera secara scanning dengan mikroskop elektronik hadir di bumi justru sebagai bagian mata rantai ekosistem siklus kehidupan yang sangat amat terlalu penting bagi kelestarian seluruh kehidupan di planet bumi ini.

Ternyata pada tanah sebagai landasan hutan di planet bumi senantiasa hadir jenis mahkluk yang bentuknya jauh lebih fantastis ketimbang yang dikhayalkan oleh para penggagas kisah fiksi ilmiah yang paling fantastis termasuk yang dikhayalkan oleh Janes cameron mulai dari Abyss sampai Avatar maupun yang digagas George Lucas pada serial film Star Wars yang membingungkan akibat sengaja dibuat simpang siur urutannya.

Sosok para makhluk mikroskopis juga lebih fantastis ketimbang fantasi Tolkien yang tertuang pada The Hobbit dan The Lord of the Rings sebagai bukti bahwa kenyataan niscaya lebih fantastis ketimbang fantasi manusia yang paling fantastis.

Dari artikel cover National Geographic Indonesia dengan judul “Makhluk Ajaib di Tanah” serta sub-judul “Lantai hutan menyimpan rahasia mikroskopis nan fantastis” baru saya sadar bahwa ternyata ada lebih dari 1.300 jenis makhluk nirkasat mata yang disebut sebagai Tardigrade alias Beruang Air ditemukan hidup pada batang pohon mati di Schwarzwald Jerman sebagai cerminan ekosistem hutan di seluruh dunia.

Satu gram tanah hutan bisa mengandung miliaran bakteri, jutaan jamur, ratusan ribu protozoa dan ribuan cacing gelang serta beranekaragam makhluk mikroskopis filum Gastrotricha yang dikenal dengan julukan Hairyback bertahan hidup di rembesan air tipis partikel tanah yang bergerak melewati tanah lembab dengan menggunakan silia mirip rambut demi mencari bakteri mikroalga dan mikroba lainnya untuk disantap demi melanjutkan kehidupan.

Sebelum membaca majalah pencinta alam itu, saya tidak sadar bahwa saya sama sekali tidak tahu-menahu tentang keberadaan jenis makhluk mikroskopis yang sedemikian kecil sehingga tak kasat mata manusia apalagi yang rabun dan miopik seperti saya ini.

Maka saya tersadar bahwa dengan makin banyak membaca data dan informasi yang beredar di alam semesta ternyata saya makin sadar bahwa sebenarnya saya tidak tahu apa-apa tentang sebagian apalagi segenap misteri serta keajaiban di alam semesta yang secara tanpa batas maksimal besar maupun minimal kecil memang luar biasa multi kompleks ini.

Yang saya tidak tahu baru terbatas pada di permukaan tanah hutan, belum pada di dalam tanah, isi perut bumi, isi perut saya sendiri, samudera, kawasan vulkan maupun kutub apalagi luar angkasa serta galaksi-galaksi maupun entah mana lagi di alam semesta ini.

Saya makin sadar bahwa dibandingkan dengan kemahadahsyatan alam semesta ini saya sama sekali bukan apa-apa sebab saya jauh lebih maha kecil ketimbang hanya sekadar sebutir debu serta sehembus deru yang sama sekali tidak berarti terhadap pergerakan orbit para planet mengitari matahari maupun pergerakan orbit elektron mengitari inti atom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com