Dilansir dari The Washington Post, istilah "Black Swan" mulanya dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang profesor teknik risiko di New York University.
Taleb menulis buku berjudul "The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable".
Teori ini menggambarkan suatu peristiwa yang mengejutkan, berdampak besar, dan di belakang sering dirasionalisasi secara tidak tepat (Taleb, 2010).
Dilansir dari How big, how bad, how often: are extreme events accounted for in modern seismic hazard analysis (Wong, 2013), gempa yang termasuk ke dalam "Black Swan" di antaranya gempa M 9,2 di Sumatera (2004) dan gempa M 9,0 di Tohoku-Oki, Jepang (2011).
"Gempa bumi dapat dianggap sebagai 'peristiwa ekstrem' atau 'black swan' dalam hal ukurannya karena dalam 200 tahun terakhir, kurang dari 10 gempa telah mencapai M 9,0 atau lebih besar," terang Wong.
Dari kasus kedua gempa di atas, bisa disebut sebagai bencana ekstrem karena tingginya korban yang meninggal, yakni mencapai 20.000.