Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Nasi Minyak, Kenali Bahaya Menggunakan Minyak Bekas Berulang-ulang

Kompas.com - 20/01/2023, 13:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan, hidangan yang disebut sebagai nasi minyak di Surabaya ramai menjadi perbincangan di media sosial.

Diunggah oleh akun Twitter ini pada Senin (16/1/2023), video bernarasi tentang penamaan nasi minyak merujuk pada penyajiannya yang diberi kucuran minyak goreng.

"Tapi harus mimin akui sih minyak goreng jelantah gini yang bikin nasi jadi semakin gurih," lanjut suara dalam video.

Menanggapi video tersebut, sebagian warganet mengkhawatirkan penambahan minyak berlebihan pada makanan.

Belum lagi, minyak dalam makanan itu adalah minyak jelantah alias minyak goreng bekas yang biasanya telah digunakan berulang kali.

"Monmaap tp itu minyaknya udh sampek warna coklat gitu apa abis buat goreng coklat," komentar salah satu warganet.

"Air minum dibuang, Minyak kotor dimakan, Ada2 aja ni kelakuan manusia menjelang akhir zaman," tulis warganet lain.

Lantas, apa saja bahaya menggunakan minyak jelantah atau minyak bekas yang sudah digunakan berulang-ulang?

Baca juga: Ramai soal Nasi Minyak di Surabaya, Ahli Ingatkan Bahaya Kolesterol


Dampak menggunakan minyak berulang-ulang

Praktik penggunaan minyak berulang-ulang bukan kali pertama terjadi. Beberapa usaha kuliner kerap menggunakan kembali minyak yang sudah pernah digunakan.

Bahkan meski tidak ditambahkan langsung seperti pada kuliner nasi minyak dalam video, studi menyimpulkan bahwa penggunaan minyak jelantah berpotensi mengkhawatirkan.

Kementerian Kesehatan menyebutkan, minyak jelantah menyisakan asam lemak jenuh yang dapat mengakibatkan penyakit berbahaya.

Berwarna coklat gelap, kental, dan berbau tengik, minyak ini kerap menjadi sarang perkembangbiakan berbagai jenis bakteri, termasuk Clostridium botulinium.

Clostridium botulinium adalah bakteri penyebab penyakit yang mendapat makanan dari partikel dan remah-remah sisa gorengan pada wajan atau minyak.

Dengan demikian, menggoreng dengan minyak bekas akan membuat tubuh rentan terkena infeksi bakteri.

Baca juga: Mengenal Nasi Minyak Asli Palembang, Bukan Berkuah Jelantah seperti yang Viral di Medsos

Ilustrasi minyak jelantah. SHUTTERSTOCK/AFRICA STUDIO Ilustrasi minyak jelantah.

Mengembangkan kanker

Di sisi lain, seperti dilansir Reader's Digest, sebuah studi pada 2019 menguji apakah minyak yang digunakan kembali berperan dalam pertumbuhan kanker payudara metastatik.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com