Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Prof. Dr. Moestopo, Pahlawan yang Kuasai Tiga Bidang Berbeda

Kompas.com - 12/12/2022, 21:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia tak bisa terealisasi jika tak ada pahlawan yang membantu jalannya perjuangan. Salah satu tokoh yang cakap dalam tiga bidang sekaligus, yakni militer, kedokteran, dan pendidikan, adalah Prof. Dr. Moestopo.

Kisah hidupnya pun diceritakan kembali dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kisah Lain Prof. Dr. Moestopo” yang dapat diakses melalui tautan dik.si/TNMoestopo.

Sejarah Hidup Prof. Dr. Moestopo

Mayor Jenderal TNI (Purn.) Prof. DR. Moestopo. Legenda kelahiran Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, 13 Juli 1913.

Pria ini adalah anak keenam dari delapan bersaudara yang langsung pergi ke Sekolah Kedokteran Gigi atau School Tot Opleiding van Indische Tandartsen (STOVIT) di Surabaya setelah tamat pendidikan sekolah dasarnya.

Awalnya, biaya pendidikannya ditangguhkan ke kakak-kakaknya, namun Moestopo bersikukuh untuk membiayainya sendiri dengan berjualan beras. Setelah mengambil pendidikan lanjutan di Surabaya dan Yogyakarta, berkat kecerdasannya, ia menjadi asisten dokter gigi di Surabaya pada 1937.

Mengutip situs Universitas Moestopo, empat tahun setelahnya, Moestopo pun langsung ditunjuk menjadi asisten direktur STOVIT serta asisten dari dokter gigi ternama, yaitu Prof. Dr. M. Knap.

Sayangnya, pada 1942, praktik dokter giginya terputus karena Jepang menguasai Indonesia. Pria ini pun ditangkap oleh Kempetai atau Korps Prajurit Hukum karena ia terlihat mencurigakan.

Baca juga: Pertempuran Surabaya, Cikal Bakal Hari Pahlawan Nasional

Setelah bebas, ia sempat menjadi dokter gigi untuk orang Jepang dan diangkat sebagai wakil kepala pada Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi (Shikadaigaku Ikabu) yang kala itu diketuai oleh Prof. Dr. Sjaaf pada 1943.

Akan tetapi, akhirnya ia memutuskan untuk ikut pelatihan militer Jepang, satu angkatan dengan Soedirman dan Gatot Soebroto.

Berkat kecerdasannya, lagi-lagi karier Moestopo pun meroket sehingga ia langsung diangkat sebagai Shudanco atau Komandan Kompi di Sidoarjo setelah lulus pelatihan militer.

Bahkan, tak lama setelah itu, pemerintah Jepang menaikkan pangkat Moestopo menjadi Daidanco atau Komandan Batalion di Gresik dan Surabaya. Dikatakan bahwa ini adalah promosi jabatan yang bergengsi karena hanya ada lima orang Indonesia yang menerimanya.

Membantu Pertempuran di Surabaya

Pasca kemerdekaan, perjalanan karier militer Moestopo terus berkembang.

Bahkan, di Yogyakarta dan Jawa Barat Moestopo dikenal karena gebrakannya membentuk Pasukan Terate (Tentara Rahasia Tertinggi) yang anggotanya berasal dari orang-orang marjinal seperti kaum pencoleng, perampok, dan pekerja seks komersial.

Mengutip Kompas.com, Moestopo juga membuat kekuatan militer baru di Surabaya karena pada akhir Oktober 1945, Mallaby mengirim pasukan intelijennya, Kapten Macdonald, untuk bertemu dengan Moestopo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com