Meski begitu, para peneliti menegaskan, hubungan perselingkuhan dan faktor genetik ini masih perlu studi lebih lanjut.
Baca juga: Studi Terbaru: Wanita Lebih Mudah Selingkuh Dibanding Pria
Selain gen DRD4, ada pula gen lain yang kemungkinan berperan terhadap sifat ketidaksetiaan seseorang, yaitu AVPR1A.
Gen ini memproduksi hormon vasopressin yang mengatur rasa percaya, empati, dan ikatan seksual.
Menurut studi di Proceedings of the National Academy of Sciences (2008), laki-laki dengan alel gen AVPR1A lebih panjang cenderung tidak merasa terikat dengan pasangannya.
Dengan kata lain, mereka cenderung tidak setia terhadap pasangan.
Alel yang lebih panjang juga mengindikasikan kebutuhan asupan hormon lebih banyak, sehingga memicu ketidaksetiaan untuk memenuhi kebutuhan hormon ini.
Kendati gen berpengaruh pada perilaku selingkuh seseorang, perbuatan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain.
Seperti dikutip dari The Guardian, perselingkuhan adalah perilaku yang sangat kompleks. Selain itu, genetik juga bukan merupakan takdir yang tidak dapat dikendalikan.
Meski membawa "gen selingkuh", bukan berarti gen ini secara otomatis mengendalikan perilaku manusia serta membenarkan ketidaksetiaan.
Sebab sebagai manusia, sudah seharusnya bisa mengendalikan perilaku dan mengetahui mana yang benar dan salah.
Baca juga: 7 Tanda Pasangan Selingkuh dengan Teman Kerja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.