Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jimmy  Hitipeuw
Pengajar dan Mantan Wartawan

Pengajar di beberapa universitas dan lembaga bahasa

Film Pengkhianatan G30S PKI dan Rekayasa Sejarah

Kompas.com - 03/10/2022, 12:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KUMPULAN dokumen rahasia milik Amerika Serikat (AS) yang diungkapkan ke publik tahun 2017 memastikan peranan AS dalam pembantaian tahun 1965 di Indonesia. Peranan ini merupakan bagian dari strategi besar AS dalam menghadapi Perang Dingin.

National Security Archive bersama National Declassification Center menerbitkan sejumlah dokumen hubungan kabel diplomatik yang mengungkap masa kekelaman yang telah menaikkan Soeharto sebagai penguasa Orde Baru.

Kumpulan dokumen rahasia yang dikutip media online The Atlantic itu menyebutkan, Soeharto menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang upaya kudeta yang menewaskan pahlawan revolusi.

Baca juga: Gerakan 30 September dan Salah Perhitungan Aidit - (Bagian 1 dari 3 tulisan)

Beberapa bulan setelah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI, Soeharto justru terungkap perannya, dalam dokumen rahasia itu, sebagai pengendali upaya pembunuhan secara sistematis terhadap hampir satu juta penduduk Indonesia yang diduga terlibat PKI atau simpatisannya.

Kumpulan dokumen rahasia itu bahkan membeberkan bahwa beberapa pejabat pemerintah AS tahun 1965 mengetahui sebagian besar korban kekerasan Soeharto dalam upaya penumpasan G30S PKI itu sama sekali tidak bersalah.

Beberapa pejabat Kedutaan Besar AS di Jakarta yang saat itu menerima data hukuman mati terhadap anggota PKI dan simpatisannya bahkan menjanjikan bantuan kepada pemerintahan Soeharto untuk menutupi fakta itu dari laporan media.

Sejarawan University of British Columbia, John Roosa, menyebutkan AS terlibat dalam penyusunan strategi dengan TNI Angkatan Darat (AD) untuk menumpas PKI.

John Roosa menerangkan penumpasan PKI itu sebagai kemenangan besar bagi kebijakan luar negeri AS mengingat PKI saat itu merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis di China dan Uni Soviet (kini Rusia).

Dalam salah satu kutipan wawancara bersama harian Kompas, sejarawan Asvi Warman Adam tidak menampik bahwa sebelum tahun 1965 juga terjadi hal-hal buruk. Ada aksi-aksi sepihak dari PKI dan Barisan Tani Indonesia (BTI).

Asvi menjelaskan ada serangan Lekra terhadap kelompok Manikebu yang tidak terpuji. Namun, pembantaian yang terjadi sesudahnya merupakan pembalasan yang lebih dari setimpal.

Kenapa sesudah tahun 1966 masih dilanjutkan permusuhan itu. Seharusnya rekonsiliasi seluruh anggota masyarakat dilakukan tahun 1966.

Asvi menilai ada beberapa penyimpangan sejarah dan rekayasa data yang telah dilakukan oleh media corong rezim Orde Baru. Ini diantaranya beredar lewat klaim adanya pencungkilan mata dan pemotongan jenis kelamin dari tubuh pahlawan revolusi.

Klaim kekerasan ini akhirnya terbantahkan lewat hasil otopsi terhadap jasad pahlawan revolusi yang terkesan ditutupi pada masa pemerintahan Soeharto.

Film G30S PKI

Pemerintah harus menghentikan pemutaran film Pengkhianatan G30S PKI karena pemutaran film itu lebih banyak menawarkan implikasi negatif terkait edukasi kebenaran sejarah yang seharusnya diajarkan pada generasi penerus bangsa.

Sejarah tidak diajarkan di atas rekayasa fakta atau digunakan untuk kepentingan politik yang menghalalkan segala cara. Banyak politisi yang menghalalkan segala cara untuk mengharumkan kembali masa Orde Baru.

Baca juga: Sinopsis Djakarta 1966, Sekuel dari Film Pengkhianatan G30S PKI

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com