Berbentuk seperti bola api menyala-nyala, Banaspati telah lama dikenal dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa.
"Banaspati itu mempunyai makna harfiah, sesuatu yang bernuansa panas dan dapat menyebabkan kematian," terang dia kepada Kompas.com, Jumat (16/9/2022).
Makhluk gaib ini pernah digambarkan oleh masyarakat Jawa dalam permainan anak, yakni umbul atau kartu bergambar.
Selain Banaspati, makhluk gaib lain yang pernah tergambar dalam umbul antara lain Genderuwo, Wewe, Wilwa, Wedhon, serta Glundhung Pringis.
Darmoko melanjutkan, menurut narasi yang beredar, kemunculan Banaspati di masyarakat biasanya terjadi pada malam hari.
Sosok ini dipercaya muncul lantaran ada kekuatan gaib dari seseorang yang memiliki kesaktian dalam menghadirkan kekuatan alam berwujud bola api menyala-nyala.
"Tujuan dihadirkan kekuatan magis itu biasanya untuk mencelakai atau hanya sekadar memberikan pelajaran kepada seseorang," terang dia.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah Kesurupan, Benarkah Disebabkan oleh Makhluk Halus?
Kehadiran cerita Banaspati sebagai mitos atau legenda kontemporer, kata Darmoko, kerap dipercaya sebagai kebenaran.
Narasi soal Banaspati ini biasanya hadir berkaitan dengan misteri, horor, ketakutan, humor, atau kisah moral.
Lebih lanjut ia menjelaskan, cerita Banaspati tersebar luas di kalangan masyarakat secara lisan dari mulut ke mulut.
"Budaya lisan tentang Banaspati yang muncul pada suatu masa berusaha di-blow up (dimunculkan) oleh masyarakat tertentu biasanya bertujuan agar mendapatkan sensasional," ujar dia.
Baca juga: Cerita Para Setan tentang Kenapa Mereka Menjadi Setan
Adapun beredarnya narasi Banaspati, menurut Darmoko, kemungkinan berkaitan dengan kepercayaan manusia purba terhadap alam gaib.
Dunia roh, sukma, atau dewa membingkai hubungan antara kehidupan manusia dengan kehidupan alam gaib.
"Roh, sukma, atau dewa tersebut bagi umat manusia dianggap berada di atas dari padanya dan dapat memberikan manfaat subyektif bagi yang dapat mengendalikannya," ungkap dia.
Ia mengimbuhkan, cerita Banaspati atau makhluk semacamnya yang tumbuh berkembang di masyarakat merupakan dampak dari konstruksi pemikiran mistis.
Pemikiran mistis tersebut tidak dapat dipisahkan dari budaya masa lalu yang bersifat primitif, meski kini manusia berada pada perkembangan pola pikir modern.
"Alam pikiran mitis pada diri manusia akan selalu tetap dapat hadir dan dihadirkan pada suatu masa melalui berbagai konsep dan pengejawantahan (penjelmaan)," papar Darmoko.
Baca juga: Mengapa Hantu di Film Horor Indonesia Kebanyakan Perempuan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.